OpiniRubrika

Aksi Teror Musuh Bersama

bom bunuh diri, pelaku bom bunuh diri, pelaku korban, aktor intelektual bom, aktor negara, ma'mun murod al-barbasy, aksi terorisme, teror bom, bom surabaya, nusantaranews, nusantara, nusantara news
Ilustrasi: Bom Bunuh Diri. (NusantaraNews)

NUSANTARANEWS.CO – Aksi teror apapun, terlebih merusak tempat ibadah adalah tindakan keji, jahat dan biadab. Tindakan demikian jelas menodai rasa kemanusiaan, kenyamanan dan keamanan. Peristiwa ini adalah peringatan bagi semua pihak untuk lebih hati-hati agar kedepannya tidak terulang kembali. Bagi masyarakat pada umumnya jangan sampai terpancing dalam arus opini pengaitan aksi ini dengan keyakinan, ajaran atau pihak tertentu. Bagi pemerintah dan para aparat berilah informasi yang menenangkan dan hindari stigmatisasi terhadap pihak tertentu.

Sekarang ini yang dibutuhkan adalah kesatuan dan persatuan dalam menyongsong masa depan demi kebaikan negeri. Bukan waktunya saling menyeru pada perpecahan dan perseteruan. Hindari sikap yang tidak proporsonal, apalagi sampai memanfaatkan kejadian seperti ini untuk kepentingan dirinya. Apakah hal demikian terjadi? Nampaknya iya!

Sehingga merupakan tindakan yang lebih memalukan, jahat dan lebih biadab pada minimal dua hal. Pertama adalah bagi mereka-mereka yang selalu mengaitkan tindakan bom seperti ini dengan ajaran atau agama tertentu. Meski bukan menjadi rahasia lagi, bahwa masih saja selalu ada pihak tertentu menjadikan salah satu agama sebagai pihak terduduh. Hingga kemudian stigma radikalisme dan terorisme seolah hanya berhak menjadi milik agama tertentu. Tentu sikap seperti tidak benar, tidak proporsional dan penuh dengan tendensi.

Baca Juga:  Perdana Menteri Thailand Kagumi Manuskrip Al Quran Tertua Asal Aceh

Padahal label radikalisme dan terorisme bisa diberikan kepada siapa saja dan bukan milik pihak tertentu. Dan tindakan teror, siapapun dia pelakunya silahkan ditindak seadil-adilnya tanpa harus memberikan label terhadap pihak-pihak tertentu. Teror adalah kriminal. Teror adalah kejahatan. Aksi teror, apalagi terhadap tempat ibadah apapun adalah musuh bersama. Jangan ada lagi tuduhan-tuduhan jahat terhadap ajaran keyakinan tertentu.

Saya pribadi sangat bersedih berkali-kali lipat ketika terjadi peristiwa seperti ini. Kesedihan berkali lipat itu muncul karena melihat adanya korban hingga hilangnya nyawa serta adanya pihak tertentu yang memframing seakan ini ada kaitannya dengan agama tertentu. Sehingga setiap kali ada peristiwa seperti ini, sudah harus siap mental terhadap tuduhan keterkaitan dengan agama saya, yakni Islam. Mohon siapapun Anda hentikan stigma itu, hentikan framing buruk tersebut.

Kedua adalah bagi siapapun mereka yang memanfaatkan dengan mengambil kesempatan dari situasi seperti ini untuk kepentingan politk pragmatisnya. Mereka tanpa rasa bersalah menghubungkan kerusuhan ini dan menjadikannya alasan agar rezim ini tetap bertahan atau sebaliknya. Memang benar kita mengetahui bahwa tindakan teror seringkali sangat terkait dengan kepentingan dan tujuan politik. Hanya saja itu bukan domain kita menyimpulkan. Yang bisa kita indera adalah bahwa tindakan-tindakan tersebut harus dikecam, menjadi musuh bersama dan butuh penyelesaian

Baca Juga:  Dewan Kehormatan yang Nir Kehormatan

Pemerintah yang mempunyai instrumen untuk mengungkapkan kebenaran, selain menindak dengan seadil-adilnya. Juga harus melihat dengan sudut pandang otokritik baginya. Sebab dalam banyak kasus tindakan teror dilakukan karena ada anggapan ketidakadilan yang dirasakan. Dan bahkan banyak pengamat mengatakan bahwa langkah konkrit menangkal ekstrimisme, terorisme dan radikalisme adalah dengan pemerintah memberikan keadilan. Hipotesis yang berkembang menyatakan selama keadilan belum sepenuhnya dirasakan masyarakat, selama itu pula akan muncul gerakan-gerakan perlawanan. Ini hanya salah satu sudut pandang.

Oleh karena itu, intinya adalah tindakan teror merupakan bentuk kejahatan dan menjadi musuh bersama. Adili siapapun pelakunya tanpa mengaitkan pada identitas tertentu. Dan pihak yang berwajib harus mampu meyakinkan kepada masyarakat agar tidak ada stigma-stigma tertentu terhadap salah satu ajaran atau agama yang ada. Dan dalam salah satu perspektif, pemerintah harus terus mengevaluasi diri, sudahkah keadilan setiap sektor terwujud dalam tatanan masyarakat negeri ini. Sebab sudah saatnya negeri ini merasakan keadilan dan kejayaan dalam semua bidang.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Penulis: Lutfi Sarif Hidayat, Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)

Related Posts

1 of 23