MancanegaraTerbaru

Akhirnya Aung San Suu Kyi Angkat Bicara Terkait Rohingya

NUSANTARANEWS.CO – Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi akhirnya angkat suara pertama kalinya sejak meletusnya tragedi kamanusiaan pada 25 Agustus lalu terhadap Muslim Rohingya di Rakhine State.

Suu Kyi mengatakan bahwa tekanan internasional yang dialamatkan kepada pemerintah Myanmar tak lebih dari akibat kekeliruan informasi. Salain itu, Suu Kyi menuding publik internasional seperti mendukung gerakan teroris dengan terus memberikan tekanan kepada otoritas Myanmar.

“(Simpati global untuk Rohingya dihasilkan oleh) sebuah gunung es besar dari kesalahan informasi yang diterima untuk menciptakan banyak permasalahan di antara komunitas yang berbeda dan dengan tujuan untuk mempromosikan kepentingan para teroris,” kata Suu Kyi dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP, Kamis (7/9/2017).

Muslim Rohingya: tanpa kewarganegaraan dan melarikan diri. (Foto: Dok. AFP)
Muslim Rohingya: tanpa kewarganegaraan dan melarikan diri. (Foto: Dok. AFP)

Pernyataan Suu Kyi ini juga sekaligus untuk menjawab tudingan dari Recep Tayyip Erdogan yang secara kritis mengkritik perlakuan Myanmar terhadap Rohingya, yang disebut Erdogan dengan tindakan genosida.

“Pemerintah membela semua orang di Rakhine,” kata Suu Kyi.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Etnis Rohingya Myanmar adalah kelompok minoritas tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia dan telah hidup di bawah rezim militer Myanmar selama bertahun-tahun.

Pada Oktober 2016 lalu, sebagian besar Rohingya mencoba untuk menghindari dari tindakan kekerasan. Bahkan sampai muncul kelompok militan baru yang menyebut dirinya Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). ARSA belakangan melakukan serangkaian penyerangan terhadap kepolisian di perbatasa yang pada akhirnya memicu tindakan keras dari otoritas Myanmar yang dipimpin tentara.

PBB secara aktif memerintahkan Myanmar agar segera menghentikan kekerasan yang telah memaksa sedikitnya 146 ribu orang melarikan diri ke Bangladesh. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 3,100