Berita UtamaInspirasi

Agar Tak Jadi Negara Gagal, Indonesia Harus Mulai Persiapkan Saat Ini

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menyadari akan kondisi global yang masuk pada Situasi Batas, bangsa Indonesia sesungguhnya dihadapkan pada dua pilihan ekstrim. Pertama, Indonesia bangkit menjadi salah satu pemain utama di Pasifik. Atau kedua, Indonesia tenggelam ditelan globalisasi gelombang ketiga.

Dalam konteks ini, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia sebagai sebuah bangsa. Menjadi negara gagal atau sebaliknya move dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin guna menghadapi tantangan globalisasi yang jauh lebih kompleks.

Sebagaimana diketahui, lorong virtual atau dunia digital yang canggih saat ini telah membawa pada sebuah tatanan dunia menjadi perkampungan kecil. Tak ada sekat antar negara-bangsa. Akses informasi dan laju media sosial, memungkinkan seseorang mengetahui hal-hal kecil sekalipun di pelosok.

Karena itu program Indonesia Emas 2045 sesungguhnya adalah upaya untuk menghadapi era baru tersebut. Wacana bonus demografi merupakan bagian penting dalam menyambut globalisasi gelombang ketiga.

Kabadiklat Kementrian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin kepada Nusantaranews dalam sebuah kesempatan (18/6) mengaku sepakat tentang pemberian bonus demografi. Dimana usia tiga puluh ke atas akan mendapat bonus demografi.

Baca Juga:  Budaya Pop dan Dinamika Hukum Kontemporer

Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045. Bonus demografi adalah jumlah usia angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen. Sedangkan 30 persen penduduknya adalah berusia tidak produktif yaitu usia 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun.

Bonus demografi ini penting untuk menghindari adanya bencana demografi. Yakni ketika penduduknya tidak produktif. “Misal sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba, korupsi, tidak nasionalis, maka negara ini bubar. Di tahun 2045 ke depan nanti ada dua pilihan. Bisa kita berhasil, bisa jadi kita gagal,” ujar Hartind Asrin.

Menurutnya, urgensitas bonus demografi ini adalah untuk pembentukan SDM. “Jadi kita harus menyiapkan sumber daya manusia melalui pendidikannya. Data BPS itu 52% buruh pekerja adalah lulusan SD dan SMP,” terangnya.

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 40