InspirasiTerbaru

10 Tahun ke Depan, Korut Tempatkan Manusia di Bulan

NUSANTARANEWS.CO – Dalam 10 tahun ke depan, Korea utara akan menembaptkan manusia di bulan. Kim Jong Un sendiri diketahui sudah memerintahkan kepada jajaran pejabatnya untuk bekerja keras guna mensukseskan rencana tersebut. Korea, kata dia, akan memasang satelit serta melakukan pendaratan di bulan.

Dilansir Daily Mail, meski Pyongyang dikecam dunia internasional terkait kegiatan nuklir dan rudal mereka, seorang pejabat senior NASA mengungkapkan bahwa sanksi yang diberikan kepada Korut tak akan mampu menghentikan program peluncuran satelit mereka pada tahun 2020 mendatang.
“Meskipun AS dan sekutunya mencoba untuk memblokir pembangunan kami, ilmuwan ruang angkasa kami pasti aka mampu menaklukkan bulan dan menamcapkan bendera Korut di bulan,” demikian pernyataan Direkrut Departemen Penelitian Ilmiah Korut, Hyon Kwang II kepada Associated Press.

Hyon menuturkan, Korut akan mengembangkan satelit observasi bumi untuk memecahkan masalah komunikasi dengan mengembangkan orbit geostasioner. “Semua pekerjaan ini akan menjadi dasar untuk penerbangan ke bulan,” ujarnya.

Baca Juga:  CTI Group Ajak Mitra Bisnis Kaji Peluang Hilirisasi Digital

Sekadar informasi, orbit geostasioner adalah satelit buatan bergerak mengelilingi bumi dengan lintasannya yang berbentuk bundar lingkaran. Satelit buatan itu hanya digunakan untuk kepentingan komunikasi apabila satelit-satelit itu tetap diam di tempat yang sama. Bumi menyelesaikan satu putaran penuh dalam satu hari, dan agar satelit buatan tetap berada di atas bumi di titik yang sama, sebuah satelit harus melingkari bumi dengan laju yang sama dan harus memiliki sumbu rotasi yang sama dengan bumi. Agar memungkinkan hal itu, satelit-satelit diletakkan pada posisi di atas equator. Satelit-satelit geostasiner dapat digunakan sebagai satelit TV. Sebuah perusahaan penyiaran TV memancarkan suatu sinyal mikrowave pada frekuensi yang telah ditentukan (12 – 14 GHz) dari pemancar yang ada di bumi, frekuensinya dinamakan frekuensi uplink. Kemudian satelit menerima sinyal dan memancarkannya kembali ke bumi dalam frekuensi yang berbeda yaitu frekuensi downlink. Frekuensi downlink harus berbeda untuk menghindari interferensi (gangguan) dengan sinyal uplink.

Baca Juga:  Ikrar Dukungan, Gus San Sebut Mardinoto Layak Pimpin Tulungagung

Ketika mencapai bumi, sinyal difokuskan menggunakan parabola dan diterjemahkan oleh receiver. Karena satelit ini jauh dari Bumi, sinyal akan mencakup area yang luas. Satelit TV menggunakan sinyal digital terkompresi; frekuensi tinggi (12-14 GHz) memberikan bandwidth yang luas, memungkinkan transfer data yang cepat. Sinyal dari satu satelit dapat memancarkan ke banyak saluran TV, hingga mencapai 200 saluran TV.

Satelit geostasioner yang terletak tepat di atas khatulistiwa bumi dan berputar mengelilingi bumi dalam orbit lingkaran. Ini kecepatan bergulir dan arah (barat ke timur) adalah persis sama dengan bumi, yang membuatnya tampak diam dari permukaan bumi. Ketinggian yang tepat dari satelit di atas katulistiwa adalah sekitar 36.000 kilometer (22.369 Miles). Ungkapan geostasioner berkembang dari fakta bahwa jenis satelit terlihat praktis diam di langit seperti yang diamati oleh orang di permukaan bumi. Jalur orbit geostasioner disebut Sabuk Clarke, untuk menghormati Arthur C. Clarke.

Selain itu, sejumlah universitas di Korut, kata Hyon, tengah memperluas untuk melatih para ilmuan untuk program roket. “Tidak peduli apa yang orang berpikir, negara kami akan meluncurkan lebih banyak satelit,” tukasnya. Ini dikatakan Hyon merupakan langkah besar bagi Korut beberapa tahun ke depan.

Baca Juga:  Raja Maroko King Mohammed VI Sambut Kunjungan Kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Dar al-Makhzen

Korut memang diakui telah menandai keberhasil dalam sejumlah program luar angkasanya, termasuk perkembangan rudal jarak jauh yang canggih untuk kepentingan militernya. (eriec dieda/diolah dari berbagai sumber)

Related Posts

1 of 3,063