Politik

Jelang Pemungutan Suara Pilkada Serentak 2018, PBNU Edarkan Pesan Moral

Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj saat sambutan pada Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017 di Masjid Raya Hubbul Wathan, Islamic Center, Mataram, 23-25 November 2017. Foto: Dok. Munas Alim Ulama 2017
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj saat sambutan pada Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017 di Masjid Raya Hubbul Wathan, Islamic Center, Mataram, 23-25 November 2017. Foto: Dok. Munas Alim Ulama 2017

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pilkada serentak merupakan hajat politik yang besar dan penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, karena bukan saja berlangsung merata di Indonesia, tetapi juga dimaknai sebagai persiapan politik menghadapi Pemilu 2019 tahun depan.

Demikian pembuka pesan moral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjelang Pemungutan Suara Pilkada Serentak 27 Juni 2018.

Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA mengatakan, berkaitan dengan Pilkada dan pemungutan suara tanggal 27 Juni 2018 yang berlangsung di 171 daerah, Nahdlatul Ulama perlu menegaskan bahwa Bangsa Indonesia, terutama warga Nahdlatul Ulama adalah bangsa yang berbudaya, berakhlaq, ramah dan santun sehingga dapat menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain.

Untuk itu PBNU perlu menyampaikan pesan moral sebagai berikut: Pertama, Nahdlatul Ulama merupakan organsiasi sosial keagamaan yang berpegang teguh pada Khittah-1926, yakni tidak berpolitik praktis karena bukan bukan organisasi politik.

“Politik bagi NU adalah politik moral demi kebaikan masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan. Sehingga, dalam pemilu atau pilkada, NU secara organisasi tidak dapat mendukung calon tertentu,” kata Kiai Said dalam pesan moral PBNU, Jakarta, Senin (25/6/2018).

Baca Juga:  Survei Pilgub Jatim: 84,5% Pemilih Gerindra Mantap Pilih Khofifah-Emil

Kedua, lanjut Kiai Said, Nahdlatul Ulama mempercayakan pelaksanaan pilkada kepada penyelenggara (KPU, BAWASLU dan DKPP) agar dapat melaksanakan pilkada dengan profesional, mandiri, netral dan dapat melayani seluruh kepentingan sebaik-baiknya, baik kepada masyarakat pemilih maupun kepada semua calon tanpa terkecuali.

“Ketiga, Nahdatul Ulama menghimbau kepada warga negara yang memiliki hak pilih agar menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab dengan memegang prinsip bebas, jujur, adil, rahasia dan bermartabat untuk menentukan calon pemimpin daerah yang diyakini memiliki kompetensi dan akhlak yang baik, seperti kejujuran dan kemauan untuk membangun kemaslahatan masyarakat di daerah masing-masing,” urainya.

Keempat, sambung Kiai Said, kepada pada calon kepala daerah dan wakilnya untuk dapat bersaing secara sehat, jujur, fair, taat hukum, mengedepankan akhlakul karimah, dan menerima hasil pilkada secara bertanggung jawab. Kepada pihak-pihak yang pada akhirnya memiliki ketidakpuasan atas berbagai sebab dalam pelaksanaan pilkada ini agar menyerahkan kepada mekanisme hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Baca Juga:  Tangkis “Serangan” Paslon 01 dengan Data dan Fakta Akurat, Khofifah-Emil The Best

Pesan moral yang terakhir atau yang kelima, Nahdlatul Ulama mengajak seluruh warga negara Indonesia untuk sama-sama menjaga ketertiban, ketenangan dan keamanan bersama, baik sebelum, saat dan sesudah pelaksanaan pilkada.

“Dalam konteks ini, Nahdlatul Ulama menghimbau untuk memandang perbedaan sebagai rahmat. Perbedaan pilihan calon kepala daerah tidak boleh menjadi alasan untuk perpecahan, apalagi saling menghasut, mengintimidasi dan memprovokasi dengan alasan apapun. Semua pihak harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan,” tandas Kiai Said.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,161