NUSANTARANEWS.CO – “Nothing endures but change,” ucap Heraclitus. Arti kalimat bijak sang filsuf Yunai yang hidup sekitar 26 abag yang lalu itu adalah, tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Karenanya, dunia berubah dari masa ke masa. Dan kini, dunia sedang berada dalam satu lingkaran yang disebut Situasi Batas.
Menurut Koordinator Komunitas Politik Pergerakan Kebangsaan, Sudaryanto ketika Globalisasi Gelombang Ke II berakhir, maka tibalah kita semua pada satu situasi dimana dunia berada dalam Situasi Batas. Kebuntuan terjadi di mana-mana, termasuk kebuntuan ilmu-ilmu sosial dalam membedah permasalahan untuk mencari dan menemukan solusi. Krisis global dalam dasawarsa terakhir ini, tidak lain adalah merupakan demam akibat Situasi Batas tersebut.
“Menyadari akan kondisi global yang masuk Situasi Batas tersebut, PK sebagai komunitas politik menyiapkan diri untuk menjadi juru bicara zaman baru, menggugah segenap elemen bangsa Indonesia untuk menyadari dua pilihan ekstrim, Indonesia bangkit menjadi salah satu pemain utama di Pasifik, atau tenggelam sama sekali ditelan Globalisasi Gelombang III – dan tidak ada pilihan ke tiga,” kata Sudaryanto.
Situasi nasional menampakkan satu isyarat kegetiran dalam Situasi Batas ini. Hal itu tergambar oleh sekian kegalauan politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya yang digarap oleh pemerintah. Bangsa pun terkena biasnya. Kecemasan demi kecemasan melanda pikiran dan perasaan mesyarakat. Sebab musabab yang paling nyata adalah aksi kriminal bersenjata (untuk tidak menyebut terorisme) dan beredar liarnya nerkoba yang belum sepenuhnya tertangani.
Situasi semacam itu, menggelapkan cita-cita dan harapan bangsa. Jika dibiarkan berlanjut, maka kekerdilan mental akan merata di republik yang (aslinya) gagah ini. Dan benar, kata Sudaryanto, “Tidak ada pilihan ketiga”. Sebab pilihan ketiga adalah pilihan yang naif, kosong, dan sia-sia alias serupa angan-angan para pembual dan pencundang.
Sebelum terlambat, kita musti bangkit memasang badan tegak untuk menuntukan satu pilihan esktrem yakni menjadi pemain utama di Pasifik. Waktu tidak dapat diperlambat, tetapi kerja-kerja penyadaran bisa dipercepat menyambut tata dunia baru. Sehingga Indonesia menjadi pemegang kendali permainan di Pasifik. Tidak ada yang terbaik dan tidak yang terburuk jika kesadaran kita tumbuhkan. Tidak terlena dengan masa lalu yang nyaris gagal total di arus globalisasi gelombang kedua. Kemarin Indonesia tanpak sekali masih bersikitat dengan kegagapan dan sekian romantisme dan euforianya.
Indonesia Kaya Sumber Daya
Indonesia punya sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar. Apalagi dalam waktu kurang dua dekade ke depan, rezim BBM akan sampai pada titik keruntuhannya. Itulah kesempatan buat Indonesia untuk menjadi pemain. Salah satu senjatanya tak lain adalah mobil tenaga surya yang dicipta oleh anak-anak emas negeri ini di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Malang, Jawa Timur, dan SMK Muhammadiyah Haurgelis, Indramayu, Jawa Barat yang masing-masing bernama Microbus Solar Car Suryawangsa 2 dan Solar Car Giwangkara. Dimana pada tahun 2014 lalu kedua SMK tersebut telah meluncurkan mobil tenaga surya temuan mereka.
Microbus Solar Car Suryawangsa 2 menurut Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Fahri merupakan pengembangan dari Suryawangsa 1 dengan konsep city car. Temuan ini adalah hasil riset yang dilakukan sejak tahun 2010. Pada fase kedua itu dilakukan penyempurnaan dengan mengembangkan jenis microbus, dimana sudah menggunakan energi listrik dari sel surya.
Fahri juga menerangkan bahwa waktu itu pengembangan Suryawangsa 2 masuk ke fase tiga, yakni riset penyempurnaan dan pengembangan, setelah sebelumnya melalui fase pertama (2009-2010) berupa riset dasar dan fase kedua (2011-2012) berupa riset terapan yang akhirnya melahirkan produk Suryawangsa 1. Tidak cukup disitu, ternyata masih ada fase keempat yang waktu itu direncanakan akan dilakukan dari tahun 2015 sampai 2020 sehingga bisa dilakukan produksi massal terbatas. Adapun biaya yang sudah dikeluarkan untuk melakukan riset hingga pengembangan desain dasar Suryawangsa 2 mencapai Rp107 juta. Sementara untuk harga jualnya cukup murah, diperkirakan sekitar Rp80 juta hingga Rp90 juta.
Spesifikasi Microbus Suryawangsa 2 tipe Arjuna 4.0 memanfaatkan panel surya yang dengan waktu pengisian baterai hingga dua jam, menurut Fahri, masih produk luar negeri. Mobil ini sebenarnya merupakan kendaraan listrik dengan sumber energi gabungan antara energi listrik dari baterai dan sinar matahari dengan daya motor 4.000 watt.
Sedangkan Untuk mobil listrik Giwangkara menggunakan motor tipe DC Electro Motor dengan tenaga 7,5 KW, memanfaatkan delapan baterai dan empat solar panel. Mobil ini memiliki dimensi panjang 3.400 mm, lebar 1.550 mm, tinggi 1.300 mm, dan berat mencapai 1.080 kg. Mobil listrik bertenaga surya karya guru dan siswa SMK Muhammadiyah Haur Geulis ini berkapasitas empat orang dengan daya jelajah enam jam dan dapat dipacu hingga kecepatan 40 kilometer per jam. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian baterai antara enam hingga delapan jam. (Red)