NUSANTARANEWS.CO – Istilah dan praktik audit pada awalnya sangat erat hubungannya dengan profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik dalam konteks ini menjadi penting karena dianggap sebagai pihak independen yang mempunyai kompetensi untuk mengevaluasi kewajaran laporan keuangan perusahaan tersebut.
Sistem informasi pada dasarnya adalah kumpulan komponen dan prosedur yang menghasilkan informasi. Tidak bergantung apakah sistem itu menggunakan teknologi informasi (komputer) ataupun tidak. Namun seiring dengan penerapan teknologi informasi (TI) yang semakin ekstensif di lingkungan bisnis, penggunaan TI sebagai komponen sistem informasi menjadi tidak terhindarkan. GAS (Generalized Audit Software) adalah perangkat lunak yang digunakan untuk melaksanakan teknik DEA (Agung Darono, 2010).
Teknik DEA merupakan salah satu teknik TABK (Teknik Audit Berbantu Komputer) untuk mengambil data dari objek audit atau klien, kemudian auditor melakukan analisis atas data yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak audit tertentu.
GAS dapat berupa perangkat lunak yang memang dibuat untuk membantu fungsi audit (IDEA, ACL), manajemen basis data (MS-Access), bahasa query (SQL) ataupun perangkat lunak lembar kerja (spreadsheet software). Sebuah survei online berbasis web, penelitian yang dilakukan oleh Aidi Ahmi dan Simon Kent (2013),pemanfaatan GAS di Inggris masih relatif rendah yaitu 26,8% dari auditor eksternal dan 73,2% dari audit eksternal tidak menggunakan GAS, karena dianggap tidak ada benefit yang dirasakan untuk mengaudit klien kecil atau menengah.
Perusahaan besar di Inggris rata-rata memiliki omset lebih dari £6,5 juta (Rp 122.955.885.000) atau total aset lebih dari £3,26 juta (Rp 61.667.105.400) dan rata-rata jumlah karyawannya lebih dari 50. Menurut hukum Inggris (The Companies Act, 2006) perusahaan besar di Inggris wajib di audit oleh auditor ekternal (independen) setiap tahun. Entitas besar, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagian besar menggunakan sistem informasi untuk pembukuan akuntansi.
Pemanfaatan GAS di Inggris masih relatif rendah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya klien, relevansi pekerjaan, biaya, sumber daya, teknologi, kemampuan TI, pengalaman auditor, pengetahuan, serta dukungan dari manajemen.
IDEA merupakan salah satu jenis perangkat lunak yang paling sering digunakan untuk audit, yang mewakili 39% dari auditor yang menggunakan GAS. Penggunaan GAS 3,67% digunakan untuk mengevaluasi adanya risiko kecurangan (fraud). Auditor yang tidak menggunakan GAS lebih memilih menggunakan prosedur audit tradisional (manual) dalam membentuk sebuah opini audit berdasarkan sampel dari transaksi akuntansi. Teknologi dan sumber daya merupakan salah satu faktor keputusan auditor untuk memanfaatkan GAS, dimana kompatibilitas perangkat lunak harus sesuai dengan sistem perangkat lunak milik klien.
Penggunaan GAS di Indonesia sebagai negara berkembang masih dalam masa pertumbuhan. Faktor yang sangat mempengaruhi penggunaan GAS di Indonesia adalah kompatibilitas perangkat lunak dengan klien platform (71%-75%) dan regulator atau dukungan badan profesional (100%) (Rindang Widuri, Brendan O’Connell dan PremW.S. Yapa, 2016).
Penulis: Dwi Kurniasari, Jurusan Akuntansi Syariah, Kampus STEI SEBI Depok