NUSANTARANEWS.CO, Kudus – Sebanyak 45 mahasiswa latihan bersama Search and Rescue (SAR) di Kudus, Jawa Tengah pada Sabtu (3/3/2018) dibekali dengan kemampuan pionering dan mountenering. Sebelumnya mereka dilatih pengenalan dasar SAR selama dua hari.
Pelatihan tersebut diselenggarakan Resimen Mahasiswa (Menwa) Batalyon 923 Gondo Wingit UMK. Adapun peserta pelatihan SAR terdiri atas anggota Menwa UMK, Menwa STAIN Kudus, dan utusan dari PMI Kabupaten Kudus.
Satriyo Yudho, salah satu instruktur, menjelaskan, saat ini semua peserta diajak untuk praktik vertical rescue. ”Vertical rescue ini bermanfaat untuk memberikan kemampuan kepada peserta bagaimana proses penyelamatan (evakuasi) korban bencana di ketinggian,” kata dia.
Menurut Satriyo, menjadi anggota SAR itu sangatlah berat. ”Perlu persiapan fisik dan kemampuan. Kemampuan dimaksud, yaitu paham tentang perlengkapan dan peralatan climbing, serta memahami betul cara pengoperasiannya. Mental juga harus dipersiapkan, karena medan di tempat bencana biasanya sangat berat,” ungkapnua.
Terkait para peserta pelatihan, menurut Satriyo, setelah mengikuti ssesi ini, sudah memiliki cukup kemampuan jika diterjunkan untuk misi penyelamatan atau evakuasi di daerah bencana.
”Dari mengikuti pelatihan SAR ini, para peserta sudah cukup memiliki kemampuan dasar SAR yang cukup baik, sehingga siap untuk membantu misi kemanusiaan di wilayah bencana jika dibutuhkan,” lanjutnya menambahkan.
M. Ustadhun Agus Andrianto, mengutarakan, pelatihan SAR digelar sebagai upaya Menwa di Kampus UMK ini mengaktifkan kembali SAR Menwa Gondo Wingit. ”Harapannya, setiap periode ada pelatihan khusus untuk SAR pada periode selanjutnya. Kalau memang dimungkinkan dan dapat restu dari pimpinan UMK, Menwa juga siap menjadi relawan BPBD maupun tim SAR Kudus,” ujarnya.
Siti Fatmah, anggota Menwa Satuan 954 Yudhagama STAIN Kudus yang menjadi salah satu peserta pelatihan, mengaku pelatihan SAR yang diikutinya sangat seru, walaupun capek. ”Dari beberapa hari pelatihan, yang paling berkesan mengikuti praktik pionering dan mountenering ini. Jadi memiliki wawasan soal bagaimana evakuasi korban di wilayah bencana,” katanya. (*)
Editor: M. Yahya S