NUSANTARANEWS.CO – Program modernisasi militer Indonesia memasuki masa-masa paling menentukan, utamanya soal pengembangan kekuatan pasukan pemukulnya. Program 100 hari Panglima TNI dengan jelas akan memulai merealisasikan penyebaran dan pengembangan postur kekuatan angkatan bersenjata segala matra. Dan semuanya adalah serba tiga.
Divisi pemukul strategis angkatan darat yang lebih dikenal dengan nama Kostrad akan mengembangkan diri menjadi tiga Divisi tempur modern dengan markas pusat Divisi III ada di Makassar sementara satu Brigade tempur Kostrad akan ditempatkan di Papua. Divisi yang sudah ada sampai saat ini, Divisi I bermarkas di Cilodong Jawa Barat dan Divisi II di Singosari Malang. Kekuatan pasukan pemukul elitenya diprediksi akan mencapai 50 ribu prajurit.
Divisi Marinir yang lebih dikenal dengan Pasmar akan dikembangkan menjadi tiga Pasmar dimana Pasmar ketiga akan berpusat di Sorong Papua. Saat ini Pasmar I ada di Jakarta dan Pasmar II di Surabaya. Prediksi jumlah pasukan Marinir dengan tiga Pasmar berjumlah 35 ribu pasukan. Demikian juga dengan Armada ketiga yang sedang dikembangkan akan berpusat di Sorong. Saat ini ada dua Armada kekuatan TNI AL, Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya.
Komando operasi angkatan udara tidak mau ketinggalan dengan membentuk Koopsau III di Biak. Pangkalan angkatan udara Biak secara infrastruktur sudah ready for use sebagai markas Koopsau III sekaligus home base jet tempur. Saat ini Koopsau I berkedudukan di Jakarta dan Koopsau II berada di Makassar. Jumlah pesawat tempur berbagai jenis yang dimiliki saat ini berjumlah 116 unit. Prediksi pesawat tempur sampai MEF ketiga adalah 180 unit.
Yang menarik adalah pengembangan serba tiga itu juga membutuhkan tambahan 3 skadron jet tempur untuk TNI AU, tiga puluhan kapal perang untuk TNI AL dan tigaratusan Tank berbagai jenis yang dibutuhkan TNI AD. Dan yang juga tidak kalah penting adalah semua program hebat itu akan diselesaikan dalam serial MEF yang ketiga periode 2019-2024.
Angkatan laut saat ini sedang mempersiapkan pembangunan tiga kapal selam lanjutan setelah tiga kapal selam Nagapasa Class selesai tahun ini. Sangat dimungkinkan serial kerjasama transfer teknologi PT PAL dengan Korsel akan terulang kembali. PT PAL saat ini juga sedang mempersiapkan pembangunan tiga Kapal Cepat Rudal, setelah sukses membangun kapal jenis yang sama “Sampari Class” sebanyak tiga unit.
Setelah memproduksi tigaratusan Panser Anoa berbagai versi PT PINDAD dalam program MEF ketiga juga direncanakan akan membangun tigaratusan Medium Tank Kaplan produksi bersama Turki dan Indonesia. PT Pindad telah banyak memproduksi berbagai jenis alutsista untuk TNI AD termasuk senjata organik perorangan yang membuat TNI AD selalu juara tak tergoyahkan dalam setiap lomba tembak militer tingkat dunia.
Angkatan udara membutuhkan tambahan tiga skadron tempur dengan harapan terbesar ada di jet tempur paling menggiurkan F16 Viper. Kedatangan Menhan AS beberapa waktu lalu di Jakarta mengisyaratkan kuat kita akan segera mendapatkannya. Kekuatan pukul TNI AU saat ini ada di 8 skadron pesawat tempur. Sementara itu tambahan tiga radar militer diprediksi akan tiba dalam sisa waktu MEF jilid dua saat ini.
Pembentukan armada ketiga TNI AL membutuhkan sebaran kapal perang berbagai jenis. Dari jumlah 150 kapal perang berbagai jenis yang dimiliki saat ini, angkatan laut Indonesia akan menambah paling sedikit 30 kapal perang baru. Sampai selesainya MEF ketiga nanti jumlah KRI akan mencapai 180 unit KRI.
Mulai tahun ini program sebaran kapal perang RI dialokasikan untuk 14 pangkalan angkatan laut (Lantamal). Dengan asumsi setiap Lantamal disediakan 3-4 kapal perang berkualifikasi patroli maka ada sekitar 50 KRI disebar di seluruh Lantamal. Ini adalah strategi untuk gerak cepat armada mengantisipasi pelanggaran teritori laut.
Kita optimis penambahan jumlah armada kapal perang TNI AL bisa tercapai karena dua pertiga kapal perang yang dibutuhkan itu bisa dibuat di PT PAL dan galangan kapal swasta nasional lainnya. Sementara sepertiganya dilakukan melalui kerjasama produksi dengan pihak luar atau membeli utuh untuk kapal perang berkualifikasi Destroyer.
Kita meyakini di babak-babak akhir pemerintahan saat ini selama satu tahun ke depan akan banyak kontrak pangadaan alutsista skala besar. Dan barangnya akan datang pada saat MEF ketiga berlangsung. Misalnya kontrak pengadaan kapal perang jenis perusak kawal rudal, kapal selam, jet tempur, radar, uac/ucav, tank amfibi dan lain-lain. Ini yang paling realistis. Tapi bisa saja ada kejutan yang lebih hebat misalnya kontrak pengadaan kapal perang jenis Destroyer.
Perjalanan MEF kita adalah pola ukur hitung untuk menyelesaikan perkuatan TNI yang selama puluhan tahun kurang mendapat perhatian. Dampaknya kita sudah tertinggal jauh dengan militer jiran. Oleh sebab itu diniscayakan dengan terus memompakan anggaran pertahanan yang besar dalam program MEF berkesinambungan ketertinggalan itu bisa disejajarkan.
Pertahanan sebuah negara adalah bagian dari kehormatan bernegara, marwah berbangsa. Maka kesediaan mengikhlaskan porsi anggaran pertahanan dalam jumlah terbesar adalah jalan barokah untuk perjuangan perjalanan berbangsa dan bernegara. Jalan barokah itu akan semakin karomah manakala penggunaan anggarannya dipergunakan untuk kemashlahatan tentara, perkuatan alutsista dan kesejahteraan prajurit. Itu saja Jenderal.
*Jagarin Pane, penulis adalah Analis Pertahanan dan Alutsista TNI