Resensi

Menghidupkan Kesenian Diperbatasan Palestina

Judul Buku : Reem
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Pastel Books
Cetakan : I, Agustus 2017
Tebal : 352 Halaman
ISBN : 978-602-6716-11-8
Peresensi : M Ivan Aulia Rokhman*

Buku ini menceritakan Reem yang menghidupi kesenian di perbatasan Palestina. Setiap kali menjatuhkan bencana yang meruntuhkan Palestina sudah lama terjadi di negara Islam. Bahkan kemanusiaan pun ikut merendam sedih begitu dikenang dan dicintai oleh Allah. Pertanyaan itu menuai ketidakpastian di dunia. Di dalam cerita terhadap kehidupan Reem menjelajahi Palestina dan Maroko untuk mewadahi sosial dan kepedulian sesama masyarakat Islam.

Si penulis ini diambil dari inspirasi dari negara yang dikunjungi oleh Umat Islam begitu kaya dan memoderat kaderisasi penduduk muslim untuk mengenal Ibadah, dan amalan yang telah diterapkan pada ajaran nabi dan rasul. Novel ini bergenre Drama Islami sehingga pembaca merasakan cerita dari awal sampai akhir memuat kontroversial antara Reem dan Kasim. Mengapa ia memaparkan ide tentang Palestina? Karena penulis cukup dikenang dan dihayati kembali karakter cerita ini begitu kuat dan signifikan.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Cerita ini dibuka dengan tenggelam dalam foto-foto kenangan yang disusun sebagai sebuah rantai sejarah keluarga, Kasim mendapatkan bayangan sekilas keluarga Reem. Babab Reem tampak berasal dari keluarga terpandang yang cukup berada, terlihat dari apartemen-apartemen yang ditinggalinya, juga kebun zaitun yang pernah disinggung Reem sebagai warisan keluarga. Ummi keluarga yang menagabadikan diri pada nilai-nilai kemuliaan dan keluhuran.

Kecerdasan umminya terbukti menghantarkannya mendapatkan beasiswa di Jerman, dan takdir indah merekatkannya dengan saudara rakyat Indonesia, Palestina. Reem menjadi bagian dari keluarga istimewa ini, memiliki kisah hidupnya sendiri yang tidak dimiliki sembrang orang. Di waktu kecil Reem tampak ceria, energik, sedikit nakal, dan serba ingin tahu. Gambaran Reem saat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah adalah gadis mandiri yang menyimpan misteri (hal 85).

Di sini menggambarkan bahwa kenangan yang dialami oleh Reem itu mudah terpengaruh oleh pandangan hitam. Kebetulan si Ummi mendapatkan beasiswa ke Jerman untuk melanjutkan studi di sana. Karakternya di Reem memang pembaik tetapi di sekolah seolah-olah menggambarkan segi gadis yang amat misteri. Jadi seolah-olah karakter Reem cukup tersembunyikan watak dalam cerita tersebut.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Reem menjelaskan bahwa semua rumah yang bercat biru adalah bekas permukiman kaum Yahudi di masa lalu. Sekarang, wilayah ini dihuni kaum Muslim (110).

Reem mengamati tempat tinggal yang membekas coretan itu ulah Yahudi. Sikap manusia terhadap budaya keras itu mengkritik habis-habisan. Bahkan beberapa pergaulan yang dihadapkan Yahudi cukup keras dan tiada cara lain untuk menyembuhkan kebaikan. Reem melangkahkan perjalanan ke Palestina dengan bertujuan untuk menemukan suasana yang menderita di sana dan pandangan si Reem selalu memperbaiki kebaikan dengan beristighfar. Kegelisahan Reem ini cukup mengugah sirna sampai menderai permasalahan yang dihadapi.

Para pecinta dan orang-orang patah hati, akan memburu puisi-puisi Jalaludin Rumi. Dingin menembus pori-pori, dingin yang menenangkan sukam. Setiap kata terucap sejak takbir berkumadang (Hal 207). Selain menempelkan cerita palestina juga di dukung dengan pesan Jalaludin Rumi yang menguatkan bait-bait puisi. Kelapangan hati akan membawa kejernihan pikiran dan mengobati semua sesak yang mengimpit, Shalat yang dilakukannya di malam gelap, bacaan Quran yang mengiringi, tepat seperti yang diucapkan Rumi. Oleh karena itu sikap yang menumpuk dosa akan dikembalikan dengan membaca ayat suci Alquran.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Terakhir pada cerita ini adalah mengondisikan kesehatan dan jiwa raga. Selalu menyangka kesehatan yang dialami cukup membawa kritis. Seolah-olah ia mengungkapkan kematian jika merasa ditembak oleh para tentara tak bertanggung jawab. Hikmahnya adalah dari runtuhan palestina ini akibat mengibarkan kekuasaan Israel yang diambil alih oleh negara Palestina.

*M Ivan Aulia Rokhman, peresensi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya

Related Posts

1 of 20