HankamPolitik

PMII Kecam Kebijakan Trump Atas Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) mengecam keras kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump atas pengakuannya terhadap Yerussalem sebagai ibu kota negara Israel.

Ketua Bidang Hubungan Komunikasi Organ Gerakan Kepemudaan, LSM dan Ormas Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Muhammad Syarif Hidayatullah menilai, hal itu sebagai kebijakan sepihak dan dapat memicu kembali konflik.

“Pengakuan Donald Trump terhadap Yerussalem sebagai ibu kota Israel adalah kebijakan sepihak. Ini bisa memicu kembali konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina,” ungkap Syarief dalam keterangan persnya, Jum’at (8/12/2017).

Padahal kedua negara tersebut, lanjut dia, masih dalam proses melakukan perdamaian. “Ini soal perdamaian dunia, bukan perdamaian Amerika Serikat,” imbuhnya.

Pria yang biasa disapa Chaliq ini menambahkan, pemerintah Republik Indonesia harus segera melakukan langkah diplomatik, agar pemerintah Amerika Serikat menarik keputusan atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Palestina.

“Pemerintah Indonesia segera lakukan langkah diplomatik agar Presiden Amerika Serikat segera membatalkan keputusan sepihak ini. Jika dalam waktu dekat pemerintah Amerika Serikat tidak menarik keputusan tersebut, kami PB PMII akan melakukan konsolidasi untuk mengepung Kedubes Amerika Serikat,” tegasnya.

Baca Juga:  Makan Siang Bareng Cagub Khofifah, Ribuan Buruh Kedawung Kompak Dukung Dua Periode

https://youtu.be/HFFfaOXjoUA

Sementara itu, Ketua Umum PB PMII, Agus M Herlambang melihat masalah ini dalam perspektif hukum dan kemanusiaan.

Menurut Agus, dalam perspektif hukum, keputusan ini telah melanggar hukum atau kesepakatan-kesepakatan internasional yang dilahirkan lewat PBB terkait Israel dan Palestina, salah satunya adalah Resolusi Majelis Umum PBB No. 2253 tanggal 4 Juli 1967 hingga Resolusi No. 71 tanggal 23 Desember 2016 yang pada pokoknya menegaskan perlindungan Yerusalem terhadap okupasi Israel.

Sementara dalam perspektif kemanusiaan ini akan memicu kembali konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina di tengah usaha perdamaian diantara kedua negara tersebut.

“Resiko terburuk yang akan muncul adalah lahirnya ekstrimisme yang berujung pada konflik agama mengingat Yerussalem juga merupakan tempat suci umat Islam,” ucap Agus.

Agus juga berharap agar seluruh negara-negara Islam di dunia untuk bersatu mendukung kemerdekaan Palestina.

“Kami berharap agar seluruh negara-negara di dunia khususnya negara-negara muslim bersatu mendukung kemerdekaan Palestina. Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia harus menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan hal tersebut di forum-forum internasional,” pungkasnya.

Baca Juga:  Anak Ideologis Prabowo, Cabup Gus Fawait Luncurkan 8 Program Aksi Untuk Sejahterakan Rakyat Jember

Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 10