Oleh: M. Riadus Sholiqin*
NUSANTARANEWS.CO – Ekspedisi ini bermula dari agenda survey lokasi kegiatan Pembuatan Kolam Pemandian dan Penyodetan Sungai Brumbun, untuk melengkapi data penyusunan Rencana Kegiatan Pemerintah Desa (RKPDesa) Kranji tahun anggaran 2018. Survey dilakukan oleh tim penyusun RKPDesa Desa Kranji yang di dalamnya termasuk Kepala Dusun (Kasun) Terpanas, Pak Ahmad Tasrun.
Pukul 09.00 wib, tim berangkat ke lokasi dari kantor balai Desa Kranji. Tidak lebih dari 15 menit, tim telah sampai di lokasi. Dengan berbekal alat ukur, kertas dan alat pencatat berikut kamera, tim langsung bekerja. Dua jam, pekerjaan ukur mengukur selesai. Volume kedua kegiatan tersebut telah beres diketahui.
Selesai pekerjaan, tim selanjutnya istirahat, ngopi. Sebagai tempat wisata, Brumbun tentu saja sudah terdapat banyak warkop milik warga sekitar. Berikut beberapa tempat MCK yang cukup memadai.
Bagi sebagian besar masyarakat Lamongan, Brumbun dikenal sebagai destinasi wisata dengan mata air alami, air panas. Setiap hari selalu saja ada pengunjungnya. Tidak hanya dari masyarakat sekitar, pengunjung Brumbun bisa dari luar daerah.
Selain sumber alami air panas, Brumbun juga menyajikan pemandangan yang sejuk dan eksotis. Berupa tanaman pohon besar dan rindang yang berusia ratusan tahun. Angka ratusan tahun umur pohon ini diketahui dari cerita warga sekitar. Dimana, menurut embahnya dari embah mereka (warga), pohon tersebut sudah begitu keberadaannya.
Selain itu, Brumbun yang terletak nisbi jauh dari jalan raya dan permukiman warga, menjadikan Brumbun tidak bising dari suara kendaraan maupun hiruk pikuk aktifitas manusia. Sehingga suasananya lengang dan tenang. Meski begitu, akses ke Brumbun bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dengan mudah.
Jika anda ingin membuktikannya, silahkan datang ke Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur, disitulah letak Brumbun.
Brumbun dalam Cerita Tutur dan Bukti-bukti Arkeologi
Brumbun mempunyai cerita tutur yang cukup menarik untuk disimak. Cerita tutur tersebut diperkuat dengan bukti arkeologis yang nyata. Meski masih berupa puzzle atau kepingan-kepingan yang sampai saat ini belum bisa terbaca dengan lengkap, tetapi dari beberapa bukti yang ada, cukuplah gamblang untuk menggambarkan bahwa Brumbun tidak sekedar wisata air panas biasa. Melainkan sebuah situs yang keberadaannya mempunyai arti penting terhadap kehidupan dimasa lampau.
Keyakinan itulah yang membuat Kepala Dusun (Kasun) Tepanas, Pak Ahmad Tasrun, menjaga beberapa situs yang ada dengan serius dan hati-hati.
Menurut penuturannya kepada penulis, Brumbun adalah situs tua yang keberadaannya jauh, bahkan sebelum kerajaan Majapahit berdiri, tepatnya era Airlangga. Yang selanjutnya, Raden Qosim atau Sunan Drajat melanjutkan pemanfaatan sekaligus pelestarian tempat tersebut. Sehingga kemudian, menjadi tidak aneh cerita tentang Brumbun begitu melekat dengan sosok Mbah Sunan Drajat.
Melalui wawancara singkat singkat yang dilakukan penulis, Pak Tasrun menunjukkan beberapa situs-situs tua yang dimaksud. Sambil menunjukkan situs-situs tua, Pak Tasrun bercerita panjang lebar tentang kemungkinan-kemungkinan yang ia yakini.
Pertama. Adanya tempat pemandian kuno. Pemandian kuno ini dibuktikan dengan adanya susunan batu bata khas jaman masa lalu di bagian samping-bawah bangunan pemandian. Pak Tasrun, juga bercerita bahwa dulu ia masih melihat archa setengah badan lengkap dengan kepalanya, diarea sekitar pemandian. Namun, beberapa tahun kemudian archa tersebut hilang. Kemungkinan dicuri orang. Selain archa, juga banyak ditemukan pecahan keramik kuno di sekitar Brumbun.
Kedua. Adanya batu-batu yang mirip berbentuk susunan. Dugaan Pak Tasrun batu-batu tersebut merupakan susunan bangunan yang menyerupai candi. Batu-batu tersebut berada diatas bukit Brumbun. Dalam tumpukan batu terdapat batu yang cukup unik. Pak Tasrun menyebutnya batu “Selo Penangkep.” Keunikan batu ini adalah ketika dipukul mengeluarkan bunyi yang nyaring, bernada mirip dengan salah satu peralatan gending Jawa. Dibawah batu unik ini, Pak Tasrun menduga adanya gua (atau sejenis bangunan), yang dalam firasatnya, gua tersebut lebih bagus dari pada gua Maharani yang berada sekitar 3 km kebarat dari Brumbun, yaitu depan WBL.
Ketiga. Terdapatnya pohon-pohon yang terkesan tua, meski tetap terlihat gagah. Uniknya, keberadaan pohon ini dikitari oleh pohon jati yang di tanam kemudian. Terlihat kayu jati tersebut belum berumur tua.
Empat. Cerita-cerita mistik tentang Brumbun. Cerita mistik Brumbun ini begitu sangat kuat dalam kesadaran warga sekitar. Sehingga tidak memungkinkan penulis menyajikan dalam kesempatan ini. Mudah-mudahan di lain waktu berkesempatan untuk berbagi cerita-cerita tersebut.
Sebagai pamungkas, tulisan ini hendak menyampaikan bahwa, Brumbun dengan sekian misterinya, hendaknya, kepada siapapun yang ingin mengembangkannya, baik itu Pemkab Lamongan maupun Pemdes Desa Kranji, memerhatikan beberapa cerita-memperhatikan tutur dan situs-situsnya. Sehingga, jika benar Brumbun termasuk salah satu bagian penting dari peradaban masa lalu, tentu merupakan warisan yang berharga bagi bangsa Indonesia. Khususnya masyarakat Lamongan.
Sekali lagi Brumbun harus dikelola dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan di atas. Sekian.
*M. Riadus Sholiqin, Laki-laki lahir di bumi bulat, belajar menulis tentang apa saja, tidak suka nyinyir, tinggal di Paciran, Lamongan.