NUSANTARANEWS.CO, Kudus – Industri kreatif tas sangat prospektif dikembangkan di Kabupaten Kudus. Pasalnya, industri kreatif ini memiliki keunggulan, selain bisa menggunakan bahan baku apapun, juga menyerap banyak tenaga kerja.
Masluri, ketua program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) dari Universitas Muria Kudus (UMK) mengutarakan hal itu, Selasa (26/9/2017). Menurutnya, industri kreatif produksi tas berpeluang besar di pasar luar negeri (ekspor).
”Industri kreatif tas adalah salah satu andalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Loram, Kecamatan Jati, Kudus ini berpotensi di pasar ekspor, karena memiliki keunikan atau kekhasan. Salah satunya, produk yang dibuat untuk tempat kitab suci al-Quran atau untuk tempat mukena,” katanya.
Di Kudus, UMKM di industri kreatif ini antara lain dihasilkan oleh Az-Zahra dan Elva Jaya. ”Kedua UMKM ini telah mampu menghasilkan produk tas yang laku di pasar luar negeri (ekspor). Ekspor produk itu bisa ditingkatkan, jika produksi dan marketingnya dikelola secara serius dan tepat,” ungkapnya.
Masluri menjelaskan, UMKM industri kreatif tas dari Kudus, posisinya sangat penting, apalagi di tengah kondisi perekonomian yang lesu (krisis), untuk membantu pemerintah menyerap tenaga kerja.
”Selain itu, secara kualitas, produk tas dari industri kreatif ini juga sangat diminati pasar. Itu dibuktikan dengan pasar produk yang tidak sekadar diserap grosir lokal, juga sudah dipasarkan di Yogyakarta, Magelang, Kendal, dan Wonosobo. Untuk luar negeri, produk ini sudah menyasar di Brunei Darussalam, Singapore dan Malaysia,” jelasnya.
Untuk itu, menurut Masluri, dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan perguruan tinggi untuk memacu pertumbuhan produk dari industri kreatif ini harus terus dipacu, agar bisa berkembang dan meningkat nilai ekspornya.
”Dengan begitu, dampak positifnya tidak sekadar nilai ekspornya saja yang akan mengalami kenaikan, namun industri juga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja, sehingga berkontribusi menekan angka pengangguran. Mengenai IbPE UMK, jangkanya adalah tiga tahun, dan tahun 2017, adalah tahun kedua pelaksanaan program ini,” katanya.
Pewarta: Rosidi / Editor: Eriec Dieda