EkonomiTerbaru

Barter Sukhoi Hadapi Lika-liku Fluktuasi Harga Komoditas

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kesepakatan Indonesia dengan Rusia untuk barter pesawat Sukhoi SU-35 dengan sejumlah komoditas hasil kebun nampaknya harus menghadapi lika-liku rintangan. Sebab, kesepakatan kedua negara itu masih terganjal oleh penentuan harga kedua barang yang dalam pertukaran dagang.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui bahwa, pihaknya masih akan mengkaji skema valuasi barang yang akan diperdagangkan antara komoditas perkebunan Indonesia dengan pesawat Sukhoi Rusia. Maka dari itu, perjanjian imbal dagang sukhoi masih menunggu proses valuasi tersebut.

Pemerintah Indonesia berencana ingin membeli 11 pesawat SU-35 dari Rusia senilai USD 1,14 miliar. Namun, untuk mendapatkan pesawat tersebut, Indonesia harus berhitung lebih cermat karena harga sejumlah komoditas tidak stabil, harus menghadapi fluktuasi harga di pasar global.

Enggar mengungkapkan agar tak saling merugikan, diperlukan transparansi terkait volume dan nilai ekspor komoditas yang dibarter ke publik, termasuk valuasi pesawat Sukhoi dari Rusia sendiri.

“Mengenai harga, kami masih terbuka. Kami akan melihat analisis proyeksi dari komoditas. Saya akan melibatkan para pemain CPO dan asosiasinya untuk membuat proyeksi pasar,” kata Enggar di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (22/8/2017).

Baca Juga:  Rakyat Banyak Kesulitan, Kenaikan Pajak PPN 12 Persen Layak Dikaji Ulang

Enggar berujar, bahwa pemerintah akan menyiapkan sejumlah komoditas mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan untuk ditukar dengan pesawat itu.

“Secara relatif, harga bisa kami kontrol. Karena Indonesia punya pangsa pasar CPO terbesar di dunia. Pada saat harga komoditas naik, saat itulah kami akan lakukan transaksi,” tuturnya.

Sementara itu, pemerintah masih menahan diri untuk tidak melibatkan komoditas karet lantaran kondisi harganya yang diproyeksi kuat mengalami fluktuasi bahkan terus menurun.

“Karet, saya tidak mau kasih, karena ada kecendurungan harga karet terus turun. Kalaupun mau ya paling hanya crumb rubber,” ungkap Enggar.

Sebelumnya, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Rusia, Rostec. Kedua pihak berkomitmen untuk segera merealisasikan pertukaran Sukhoi SU-35 dengan sejumlah komoditas hasil kebun Indonesia.

Rusia adalah mitra dagang Indonesia ke-24 pada tahun 2016. Kementerian Perdagangan memiliki catatan perdagangan total antara kedua negara mencapai USD 2,11 miliar dengan surplus untuk Indonesia sebesar USD 411 juta pada 2016. Neraca perdagangan kedua pihak meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu USD 1,9 miliar.

Baca Juga:  Waketum AMM: Kita Siap Menangkan Mualem

Pewarta: Ricard Andhika

Editor: Eriec Dieda

 

Related Posts

1 of 16