NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyayangkan atas tersebarnya isu yang mengatakan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu merupakan rekayasa polisi sebagai pengalihan isu.
Tito menduga, hal tersebut merupakan bentuk propaganda teroris untuk menebar ketakutan sekaligus menyerang citra kepolisian.
“Kelompok ini juga memiliki pendukung dengan kekuatan network sehingga bisa saja setelah kejadian, mereka melakukan counter dan propaganda untuk membuat ketakutan di masyarakat dan justru menyerang polisi dengan menganggap ini sebagai rekayasa polisi,” kata Tito dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/5/2017).
Tito menyebut bahwa peristiwa bom Kampung Melayu tidak seheroik bom Thamrin. Sebab, ketika terjadi bom Thamrin, kejadian bisa dilihat kasat mata, ada polisi menembak, ada CCTV sehingga timbul keberanian masyarakat untuk mendukung polisi melawan teroris.
Sedangkan di Kampung Melayu, publik hanya lihat korban setelah kejadian. Tito menyerukan masyarakat untuk tak mudah terbawa arus propaganda yang menyesatkan tersebut.
“Perang melawan teroris sesungguhnya adalah bagaimana memenangkan simpati publik yaitu publik tidak mentolerir teroris karena negara kita demokrasi,” ungkap Tito.
Menurut dia, publik yang mendukung aksi teroris adalah awal kerawanan suatu negara. Masyarakat yang terkena ideologi Takfiri, tidak ada kaitannya dengan latar belakang pekerjaan, bisa dari golongan bawah sampai atas, tetapi phsycology is a matter.
“Dr. Azhari seorang doktor, Osama seorang yang kaya raya bisa terkena ideologi Takfiri. Mahasiswa juga menjadi target melalui face to face contact di kelompok-kelompok pengajian, internet, chatting,” papar Tito.
Sebagai informasi, bom bunuh diri yang terjadi di Terminal Kampung Melayu, Rabu 24 Mei 2017, telah memakan lima korban jiwa dan sepuluh korban luka-luka. Tiga di antara korban jiwa merupakan anggota kepolisian, dua lainnya terduga pelaku bom bunuh diri.
Reporter: Richard Andika
Editor: Eriec Dieda