NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Anggota DPR RI Komisi I Fraksi PKB, Syaiful Bahri Anshori menjelaskan pecahnya reformasi dilatarbelakangi oleh kebencian masyarakat pada rezim Suharto yang sudah lama berkuasa. Syaiful menilai bahwa DIRINYA tidak tahu secara pasti mengapa harus Trisakti yang kemudian menjadi pusat perhatian pada masa itu. Yang jelas, menurut Syaiful, Tri Sakti hanyalah pemicu saja dalam gelombang besar aksi demonstrasi untuk menggulingkan Suharto.
Menurut dia, kebencian terhadap Suharto disebabkan oleh cara dan sikap Suharto yang represif dan otoriter dalam mengelola pemerintahan.
“Salah satu faktor yang membuat Suharto lengser adalah ABRI/TNI yang sudah tidak solid, dan berebut ingin menggantikan Suharto sebagai Presiden”. Kata Syaiful, Sabtu, (13/5/2017).
Menurut Mantan Ketua Umum PB PMII periode 1997/2000 itu, desakan dari aktivis mahasiswa dan rakyat yang bergabung dengan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Sultan HB X, Megawati dan lain-lain yang meminta agar Suharto segera mundur dari jabatannya menjadi isu besar yang menjatuhkan Suharto.
“Waktu itu para aktivis mahasiswa dan pemuda terutama yang tergabung dalam FKPI, terus berkomunikasi dengan para dubes asing di Indonesia untuk berdiskusi dan mendengar pandangan mereka tentang situasi politik Indonesia waktu itu. Intinya, mahasiswa mendesak agar Suaharto mundur,” ucap Syaiful.
Syaiful mengakui bahwa saat ini banyak mantan aktivis 98 menduduki pos strategis di pemerintahan (legislatif, eksekutif, yudikatif dan kelompok independen). Ia menerangkan sebagian mereka ada yang masih tetap punya idealisme, sebagian lain ada yang terjebak dan hanyut dalam pusaran kekuasaan.
“Saya rasa inilah tantangan terberat bagi aktivis 98 agar bagaimana mereka tetap di jalur yang sesuai diamanahkan oleh konstitusi. Untuk itu perlu ikhtiar bersama agar teman-teman, untuk tetap menjaga idealisme dan tidak terlibat dalam tidakan yang berlawanan dengan semangat reformasi,” pungkasnya.
Pewarta: Ucok Al Ayubbi
Editor: Eriec Dieda