Ekonomi

Wadek I Unkris: Kita Selalu Jadi Pemadam Kebakaran Pasca Kejadian

NUSANTARANEWS.CO – Kita Selalu Jadi Pemadam Kebakaran Pasca Kejadian. Lima bulan sudah Indonesia memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun seperti sudah diprediksi sebelumnya, bahkan sudah menjadi topik utama dalam debat Capres 2014 lalu, bahwa Indonesia memang tidak siap menghadapi MEA 2016. Bukan saja dari segi sumber daya manusia (SDM), bahkan dalam bidang industri manufaktur ternyata masih kedodoran, termasuk dalam bidang industri kreatif yang sedang digembar-gemborkan. Padahal MEA sudah ditandatangani sejak 2005.

“Kita tidak mau melakukan sesuatu kalau belum terlihat, tapi kita selalu menjadi pemadam kebakaran setelah kejadian, dan ternyata baru ketahuan selama ini kita belum menyiapkan diri terkait dengan itu,” ujar Wakil Dekan I Universitas Krisnadwipayana (Unkris), Tjatjuk Siswandoko kepada nusantaranews.co di ruang kerjanya, Jakarta, Kamis (2/6/2016)

Jika kita buat sepadan, kata Tjatjuk, tenaga kerja kita sama dengan Thailand dan Vietnam. Meski demikian, Thailand sedikit lebih unggul dibanding Indonesia. “Yang hebat itu Filipina, mereka lebih cekatan, lebih mempersiapkan diri, dan lebih punya inisiatif karena didukung oleh pemerintah,” sambungnya.

Baca Juga:  Bandara Internasional Dhoho Kediri Diresmikan, Khofifah: Pengungkit Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Tjatjuk, meski sangat terlambat ada dua hal yang bisa dilakukan saat ini. Pertama, pemerintah melalui kedutaan besar atau melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendata informasi lowongan kerja yang dibutuhkan di luar negeri khususnya ASEAN. Dengan demikian, tenaga kerja profesional dapat diserap ke luar negeri.

“Karena pemerintah punya kewajiban bagaimana mendorong masyarakat untuk menginvasi secara positif yang skilliber agar mendapatkan akses informasi lowongan kerja di ASEAN,” kata Tjatjuk.

Ditambahkan dia, terkait dengan tenaga kerja negara Komunis China, hal itu sudah menjadi kebiasaan lama. Bahwa setiap proyek yang dikerjakan dari negara asing, maka wajib hukumnya menggunakan tenaga kerja impor pula. “Jadi kita tidak bisa menolak, terima bantuannya juga terima tenaga kerja mereka,” tukasnya. (Amd)

Related Posts

1 of 3,057