NUSANTARANEWS.CO, Korut – Kendati Korea Utara menunda uji coba rudal balistik pada peringatan kelahiran pendiri negara Kim Il-Sung ke-105, Amerika Serikat masih terus mengawasi gerak-gerik Korut. Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence dilaporkan telah tiba di Korea Selatan (Korsel), Ahad (16/4).
Kedatangan Pance ke Kosel guna membahas antisipasi AS dan sekutunya terhadap program militer dan pengembangan rudal Korut. AS ingin Korut menghentikan program nuklir agar kondisi di kawasan stabil kembali. Selain itu, Pence juga melakukan perundingan dengan Korsel terkait zona militer di semenanjung Korea. Pasalnya, tentara Korut tampak sudah bercokol dengan kawat berduri.
Kunjungan Pence juga tak terlepas dari ditundanya uji coba nuklir Korut. AS menginginkan tak hanya ditunda, tetapi program tersebut juga harus dihentikan dan tidak lagi dilanjutkan. Menurut Pence, seperti dikutip Reuters, AS sudah sedemikian sabarnya menghadapi provokasi Korut.
“Ada konsesus internasional, bahwa ini tidak boleh dilanjutkan. Semua opsi yang kita capai untuk tujuan menjamin stabilitas,” kat Pence.
Dikatakan Pence, Presiden AS Donald Trump sebetulnya tidak menginginkan pembicaraan tentang taktik militer. Kendati telah mengirimkan dua buah kapal induk ke semenanjung Korea. “Sikap sabar kami adalah keputusan yang strategis,” tukasnya.
Meski begitu, pemerintahan Trump kini tengah fokus pada sanksi ekonomi yang lebih keras terhadap Korut. Sanksi ekonomia yang dimaksud berupa embargo minyak, larangan terbang untuk maskapainya, mencegat kapal kargo dan menghukum bank Cina yang melakukan bisnis dengan Pyongyang.
Untuk itu, sedikitnya ada empat pilihan yang disodorkan AS dalam menghadapi Korea Utara. Di antaranya, sanksi ekonomi, aksi rahasia, negosiasi diplomatik dan kekuatan militer.
Untuk itu, AS meminta Cina benar-benar serius mengambil tindakan nyata untuk merubah kebijakan Korea Utara.
Penulis: Eriec Dieda