Kolom

Hard Drive di Masa Depan Berbentuk DNA?

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Zaman mellenial yang cepat menuntut wajah, arah, dan pergerakan kecanggihan teknologi di masa mendatang. Pertumbuhan kesadaran manusia dalam menggunakan teknologi luar biasa pesatnya. Pertumbuhan ini, tentu akan berpengaruh terhada penyimpanan data.

Praksisnya, semakin banyak pengguna akan kian melimpah pula data-data yang akan tersimpan. Lantas sebesar apakah big data itu? mampukah ukuran yang ada sekarang menampung semua data yang akan terus melimpah ruah? Tentu saja, teknologi yang terus berkembang  memaksa tempat penyimpanan data terus menyusut.

Zaman berkembang seiring peningkatan kemampuan manusia. Maka mencuatlah kabar dari Sepasang peneliti dari Columbia University dan New York Genome Center. Sepasang peneliti ini baru saja menguji kemungkinan DNA (deoxyribonucleic acid) sebagai penampung data. Hal itu merupakan upaya terbaru yang mengindikasikan sebuah penyimpan data bisa berukuran molekul DNA. Ternyata membuahkan hasil yang bagus.

Kantor berita Engadget melaporkan, sepasang peneliti itu, Yaniv Erlich dan Dina Zielinski berhasil menyematkan data seukuran sistem operasi, digabung dengan sebuah film, kartu hadiah Amazon, dan berkas digital lainnya ke dalam DNA.

Baca Juga:  Fenomena “Post Truth" di Pilkada Serentak 2024

Keduanya, diilhami oleh cara kerja layanan film online seperti Netflix. Pada layanan Netflix, kumpulan data mengalir dalam bentuk paket-paket kecil hingga sampai di layar pengguna. Bila di tengah jalan ada data yang hilang, Netflix akan mengulang proses tersebut.

Mereka pun berhasil menarik kembali kumpulan data tadi dari DNA yang mereka pakai. “Kami memetakan data tadi ke sejumlah nukleotida DNA. Lalu kami menyatukan nukleotida dan menyimpan molekulnya di dalam tabung uji,” ungkap Erlich kepada ResearchGate.

Engadget menyebutkan bahwa, nukleotida sendiri adalah molekul organik yang mengikat blok material genetik seperti DNA dan RNA (ribonucleic acid). Pada eksperimen ini, Elrich dan Zielinski memakai pendekatan DNA Fountain. Sebuah pendekatan dengan konsep matematika.

Erlich pun memperkirakan butuh waktu lebih dari sepuluh tahun agar DNA benar-benar bisa dipakai sebagai pilihan penyimpanan. “Kita masih di tahap awal, tapi media penyimpanan yang ada saat ini juga butuh waktu riset bertahun-tahun hingga benar-benar berguna,” pungkasnya.

Baca Juga:  Dampak Budaya Pop Pada Ekosistem Ekonomi Kreatif

Namun demikian, strategi ini, membantu mereka membungkus seluruh data secara runut ke dalam DNA. Di mana Penggunaan DNA sebagai penyimpan data memang sudah dilirik para ilmuwan sejak jauh-jauh hari. Alasannya mudah. Pertama, ukuran DNA berkali-kali lebih kecil dibanding penyimpan data yang ada sekarang. Kedua, DNA punya ketahanan luar biasa.

Erlich dan Zielinski mencatat satu gram DNA bisa menyimpan 215 ribu kali lipat dari sebuah hard drive berkapasitas satu terabyte dengan berat 150 gram. Dengan daya sebesar itu, jumlah DNA yang diperlukan untuk menyimpan data di seluruh dunia tak akan memakan ruang lebih dari sebuah mobil.

Soal ketahanan, DNA juga jauh lebih superior dibanding medium lainnya. DNA sudah kerap dijadikan bahan referensi mencari tahu identitas seseorang hingga ke leluhurnya. Paling baru, peneliti memanfaatkan DNA untuk mengkloning Mammoth, nenek moyang Gajah yang sudah punah.

Akan tetapi, ilmuwan saat ini masih belum bisa menjejali data dalam ukuran yang lebih besar ke DNA. Mereka masih harus memotong data agar lebih kecil sehingga bisa masuk dengan risiko beberapa data bisa hilang. (rsk)

Baca Juga:  Transisi Tarian Dero Menjadi Budaya Pop

Editor: Sulaiman

Related Posts

1 of 3