Berita UtamaKolomOpiniTerbaru

Sun Tzu’s War Strategy: Perspektif Indonesia (Bagian 2)

Sun Tzu’s War Strategy: Perspektif Indonesia (Bagian 2)
Sun Tzu’s War Strategy: Perspektif Indonesia
Di dunia Politik: Menyelesaikan konflik Aceh. Bencana Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 telah mengubah strategi TNI yang tadinya datang untuk bertempur kemudian beralih menolong rakyat.
Oleh: Letnan Jenderal Tni (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin

 

Hal ini mengubah perlawanan separatis GAM menjadi tidak berdaya sehingga kedua belah pihak menghentikan pertempuran. Pada tanggal 15 Agustus 2005, bertempat di Helsinki, Finland kedua pihak menandatangani MoU untuk mengakhiri konflik di Aceh. GAM pada akhirnya menerima otonomi khusus yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.

Baca : Sun Tzu’s War Strategy: Perspektif Indonesia (Bagian 1)

Di dunia bisnis Indonesia: A great General Wins Without Battle diaplikasikan dengan strategi “Merebut pasar tanpa merusaknya”. Sun Tzu berkata: “Umumnya dalam suatu perang, kebijakan terbaik adalah untuk mengambil keadaan secara utuh; merusaknya adalah lebih rendah daripada itu”. Sun Tzu juga mengatakan, “untuk memenangkan seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah puncak keterampilan. Untuk menaklukkan musuh tanpa pertempuran adalah puncak keterampilan”.

Baca Juga:  Bandara Internasional Dhoho Kediri Diresmikan, Khofifah: Pengungkit Kesejahteraan Masyarakat

Demikian pula dalam bisnis. Karena tujuan dari bisnis adalah untuk bertahan hidup dan berkembang, maka kita harus merebut pasar. Namun, kita harus melakukannya sedemikian rupa sehingga pasar tidak hancur dalam proses merebutnya. Sebuah perusahaan dapat melakukan hal ini dalam beberapa cara, seperti menyerang bagian pasar yang kurang terlayani atau dengan menggunakan pendekatan halus, tidak langsung, pada pangsa pasar yang rendah yang tidak akan menarik perhatian pesaing. Apa yang harus dihindari di semua langkah ini adalah perang harga. Penelitian telah menunjukkan bahwa serangan dengan membanting harga yang terlalu cepat akan mendapat tanggapan agresif dari pesaing, serta meninggalkan pasar tanpa keuntungan. Contohnya adalah bagaimana baju batik tulis dengan kualitas tinggi dan harga yang memang relatif mahal mampu merebut pasar di tanah air sendiri, mengalahkan baju-baju import. Demikian pula dengan produk kerajinan tangan dan kuliner asli Indonesia yang telah tumbuh dengan nama dagang unggulan (branded) tanpa merusak pasar tradisional.

Hindari Kekuatan Pesaing Bisnis Anda, dan Menyerang Kelemahan Mereka

Baca Juga:  Menang Pilgub Jatim, LuMan Siapkan Dokter Keliling Untuk Rakyat

Sun Tzu berkata: ”Pasukan tentara bisa diibaratkan seperti air, yang mengalir berkelok menghindari ketinggian dan mengalir deras menuju dataran rendah, sehingga strategi yang dikembang­kan adalah menghindari kekuatan dan menyerang titik lemah/ Center of Gravity”.

Cara berperang Barat seringkali digunakan dalam persaingan bisnis, hal ini menyebabkan banyak perusahaan memulai serangan bisnisnya secara langsung terhadap titik terkuat pesaing bisnis mereka. Pendekatan ini membuat strategi bisnis mengarah ke pertempuran gesekan, yang akan berakhir dengan ongkos yang sangat mahal bagi semua pihak yang terlibat. Sebaliknya, dengan pendekatan Sun Tzu, maka kita harus fokus menyerang kelemahan kompetitor, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan penggunaan sumber daya.

“Kenalilah musuhmu dan kenalilah dirimu, niscaya anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran (if you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of a hundred battles).”

Dalam setiap pelaksanaan latihan tempur para prajurit diharapkan mampu menganalisis 5 aspek medan dihadapkan pada faktor TUMMPAS (Tugas, Medan, Musuh dan Pasukan Sendiri) untuk menentukan cara bertindak terbaik dan mampu melaksanakan Prosedur Pimpinan Pasukan (P3). Dalam proses analisis situasi dengan menggunakan pendekatan TUMMPAS, jelas terlihat bahwa dalam pertempuran, kemampuan untuk mengenal musuh dan pasukan sendiri sangat penting guna mencapai keberhasilan suatu pertempuran.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Fasilitasi RDP Petani Rumput Laut Dengan Pemerintah

Dalam asas perang Indonesia, disebutkan bahwa perang di masa datang mengandalkan keunggulan informasi dan teknologi. Keunggulan informasi diperoleh melalui usaha mengembangkan kemampuan dalam menganalisis setiap perkembangan lingkungan strategis serta situasi dalam negeri sehingga terwujud keunggulan informasi secara akurat dan berlanjut. Sun Tzu menjelaskan dalam prinsip pertama bahwa ada lima faktor penting yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan dan mempelajari peperangan, yaitu politik, cuaca, medan, pimpinan dan doktrin. Kelima hal tersebut dapat disebut sebagai situasi strategis terkait lingkungan, aktor dan kebijakan. Kelima aspek strategis (situasi strategis) merupakan faktor-faktor yang harus dipahami. Pemahaman dapat dilakukan apabila tersedia informasi yang memadai, yang dapat dilakukan melalui intelijen maupun sumber-sumber pengetahuan terbuka lainnya. (Bersambung)

Related Posts

1 of 44