NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menarik untuk dicermati pertemuan antara Presiden Cina Xi Jinping dan Raja Saudi Salman bin Abdul-Aziz Al Saud pada 8 Desember tahun lalu. Menjadi menarik karena adanya sikap optimis Cina dalam upaya mendekati dunia Arab. Apalagi Arab Saudi telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS.
Jika Arab Saudi bergabung dengan BRICS tentu akan berdampak sangat signifikan dan strategis dalam permainan global. Negara-negara BRICS sendiri menyumbang hampir 42 persen dari populasi dunia, 27 persen dari luas daratan, dan 32 persen dari PDB global.
Perluasan anggota BRICS tentu akan sangat berpengaruh terhadap potensi ekonomi dan politik kekuatan kelompok tersebut di panggung global. Apalagi banyak negara dari berbagai belahan dunia siap mendaftar seperti Aljazair, Mesir, Iran, Turki, Argentina, bahkan Indonesia.
Arab Saudi tak dapat dipungkiri adalah salah satu pemain utama dalam ekonomi global terutama sebagai pengekspor minyak kunci dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dapat mengatur harga minyak dunia.
Negara petro dolar ini juga memiliki perekonomian yang besar dan beragam, dengan investasi yang signifikan di berbagai sektor termasuk kesehatan, teknologi, dan infrastruktur.
Sesuai dengan Saudi Vision 2030, Arab Saudi memang tengah berusaha untuk mendiversifikasi kemitraannya dalam upaya mengurangi ketergantungannya pada satu negara dan meningkatkan pengaruhnya di panggung global.
Hal ini dapat dilihat sebagai upaya untuk beralih dari peran tradisional sebagai penyedia bahan baku dan menuju peran yang lebih aktif dalam membentuk peristiwa global.
Bergabungnya Arab Saudi otomatis akan menghentikan hegemoni dolar dalam perdagangan migas – dimana pada gilirannya negara-negara BRICS tidak perlu membeli minyak dalam dolar, terutama India dan Cina, dua pengguna minyak terbesar dunia. Hal ini tentu akan menjadi pukulan besar bagi Amerika Serikat (AS) yang selama ini menikmati keuntungan sedikitnya $7 trilyun dari perdagangan minyak tersebut.
Perlu digaris bawahi bahwa negara-negara BRICS yang namanya mewakili lima negara anggota: Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan adalah negara-negara berdaulat. Soliditas dan kolektivitas mereka memiliki pengaruh militer dan politik yang dapat menjadi front persatuan dalam isu-isu yang menjadi perhatian bersama – terutama bagi negara-negara berkembang dalam melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Barat.
Maka patut kita cermati dalam KTT BRICS tahun 2023 ini, negara mana saja yang akan bergabung dengan BRICS – yang akan menjadi turning point tata kelola global baru yang lebih adil. Semoga. (Agus Setiawan)