NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Anggota DPRD Jawa Timur Agusdono Wibawanto mengatakan digitalisasi yang terjadi diperekonomian, berdampak pada inflasi tinggi terutama disektor mobilisasi barang.
“Digitalisasi terhadap perekonomian dimunculkan karena keterpaksaan akibat pandemi covid-19,” jelasnya di Surabaya, Minggu (20/11).
Digitalisasi terhadap perekonomian di Indonesia, kata politisi Demokrat ini, disaat situasi pandemi sudah mereda, digitalisasi harus tetap ada dan juga harus diimbangi sektor offline. “Sektor ofline tetap harus ada mengingat masyarakat sangat mendambakan transaksi perekonomian langsung ada pertemuan. Alasannya ada tawar menawar dalam perekonomian,” jelasnya.
Agusdono mengatakan untuk digitalisasi, tak semua sektor bias berkembang jika diterapkan.” Paling sektor ritel dan makanan yang bias digunakan untuk digitalisasi. Sedang sektor lainnya belum berkembang,” lanjutnya.
Untuk itu, kata pria asal Malang ini, saatnya memberikan kesempatan para pelaku UMKM yang bahan bakunya tidak import. “Bahan baku impor itu yang membuat harga jual produk Indonesia mahal.Ini yang perlu didorong ke pemerintah pusat dengan memaksimalkan potensi dalam negeri untuk menguatkan bahan baku,” jelasnya.
Di Indonesia, kata Agusdono, banyak sektor yang membutuhkan bahan baku lokal daripada bahan baku impor. “Contoh sektor peternakan dimana bahan baku yang mahal ada di sektor pakan ternak. Akibatnya pelaku sektor pakan peternakan keuntungannya tipis.Pemerintah harus membuat strategi untuk membantu pelaku peternakan dan turunannya misalnya dengan memberikan subsidi,” jelasnya.
Ekonomi digital dinilai menjadi penopang perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19.Dengan menguatkan ekonomi digital Indonesia, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun akan kembali menaik pada tahun 2022 hingga kedepannya. (setya)