Berita UtamaMancanegaraOpiniTerbaru

Amerika Sabotase Peningkatan Hubungan Jepang-Cina

Amerika sabotase peningkatan hubungan Jepang-Cina
Amerika sabotase peningkatan hubungan Jepang-Cina.

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketika terendus ada gelagat bahwa Jepang ingin mengurangi ketegangan hubungannya dengan Cina, Paman Sam tampaknya tidak menginginkan hal itu terjadi. Wakil Presiden Amerika serikat (AS) langsung terbang ke Tokyo.

Sejak tiba di Jepang pada 26 September untuk menghadiri pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang terbunuh – Harris semakin meningkatkan serangannya ke Cina

Dalam pertemuan di Tokyo, Harris dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengutuk aksi Cina di Selat Taiwan sebagai sebuah “provokasi agresif dan tidak bertanggung jawab.”

Dengan pernyataan ini, Washington telah meningkatkan propaganda melawan Cina. Apalagi AS belakangan terus meningkatkan pasokan persenjataannya ke Taiwan – sehingga meningkatkan tensi ketengangan di kawasan itu

Bahwa ada keinginan Barat untuk mengikis prinsip “Satu Cina” dan menekan Jepang untuk berpartisipasi.

Langkah Barat ini jelas bukan sekedar soal latihan militer, kapal perang yang melewati Selat Taiwan, dan pengiriman senjata – bagi Cina langkah Barat ini lebih kepada intensifikasi propaganda untuk memberi tekanan psikologis menormalkan gagasan Taiwan yang berdaulat.

Baca Juga:  Politik Identitas dan Regenerasi pada Pilkada Serentak 2024

Dalam pertemuan di Tokyo tersebut, Harris menegaskan kembali komitmen AS untuk keamanan Jepang dengan imbalan Jepang harus lebih aktif membendung pengaruh Cina. Jelas tujuan Washington adalah untuk mencegah proses peningkatan hubungan Beijing-TokyoJ. Dengan kata lain, AS mengandalkan Jepang untuk memicu ketegangan dengan Cina di tengah momen peringatan setengah abad hubungan Cina-Jepang pada 29 September.

Seperti diketahui, ketika Beijing dan Tokyo menormalkan hubungan pada tahun 1972, Jepang mengatakan bahwa mereka memahami dan menghormati gagasan bahwa Taiwan adalah bagian integral dari wilayah Cina. Namun Jepang tampaknya cenderung untuk mundur dari janji yang dibuat 50 tahun yang lalu, lansir The Global Times. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 12