Berita UtamaMancanegaraResensiTerbaru

Peringatan 50 Tahun Hubungan Cina-Jepang di Tengah Ketegangan Politik yang Meningkat

Peringatan 50 tahun hubungan Cina-Jepang di tengah ketegangan politik yang meningkat.
Peringatan 50 tahun hubungan Cina-Jepang di tengah ketegangan politik yang meningkat/Foto: Sputnik News.

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pada hari Kamis (29/9), pemerintah Jepang dan Cina memperingati setengah abad hubungan diplomati kedua negara tanpa kemegahan karena hubungan mereka yang tegang saat ini.

Seperti diketahui, Jepang merebut Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan mengubah pulau itu menjadi koloninya dan baru kemudian dikembalikan ke Beijing setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada tahun 1945. Namun empat tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, ketika pasukan komunis menang dalam 23 tahun perang saudara Cina, pasukan nasionalis mundur ke Taiwan.

Pada 29 September 1972, Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka dan Perdana Menteri China Zhou Enlai menandatangani komunike bersama di mana kedua negara sepakat untuk “membangun hubungan perdamaian dan persahabatan abadi.”

Dalam perjanjian tersebut Tokyo mengakhiri hubungannya dengan apa yang disebut Republik Tiongkok (Taiwan) dan hanya mengakui Republik Rakyat Tiongkok (Cina) sebagai “satu-satunya pemerintahan sah”.

Langkah Jepang dilakukan beberapa bulan setelah Presiden AS Richard Nixon melakukan perjalanan ke Beijing untuk melakukan hal yang sama, berjanji untuk bekerja menuju “saling menguntungkan dan hidup berdampingan secara damai.”

Baca Juga:  WaKil Bupati Nunukan Buka Musrenbang Kewilayahan Tahun 2024 Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik

Hubungan ‘Konstruktif dan Stabil’

Resepsi terpisah diadakan di Beijing dan Tokyo pada hari Kamis untuk menandai peringatan tersebut. Di Beijing, resepsi diadakan di Wisma Negara Diaoyutai dan dihadiri oleh pejabat senior Tiongkok serta Hideo Tarumi, duta besar Jepang untuk Beijing.

“Saya ingin membangun hubungan Jepang-China yang konstruktif dan stabil untuk perdamaian dan kemakmuran tidak hanya kedua negara kita tetapi juga kawasan dan dunia,” kata Kishida dalam pernyataannya.

Sementara Presiden Cina Xi Jinping memuji peringatan itu sebagai “kesempatan” bagi kedua negara untuk “bekerja sama membangun hubungan Cina-Jepang untuk memasuki era baru.”

Di Tokyo, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Federasi Bisnis Jepang, lobi kuat yang lebih dikenal sebagai Keidanren.

Pada acara tersebut, ketua Keidanren Masakazu Tokura memuji hubungan Jepang dengan Cina sebagai “salah satu hubungan bilateral yang paling penting.”

Namun, perasaan berbeda di bidang diplomatik, di mana Jepang semakin dekat dengan sekutu utamanya, AS yang menyatakan pada 2017 bahwa “persaingan kekuatan besar” dengan Rusia dan Cina adalah perhatian strategis utama barunya.

Baca Juga:  Dana BUMN 4,6 Miliar Seharusnya bisa Sertifikasi 4.200 Wartawan

Ketegangan dan Trauma

Ketegangan tetap ada di antara kedua negara, sebagian berakar pada kepentingan dan klaim yang bersaing saat ini, tetapi juga pada trauma sejarah.

Di bawah mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, Jepang mulai berbelok tajam ke kanan, mengejar peningkatan militerisasi ketika Abe berusaha untuk mengubah klausul kunci konstitusi Jepang yang mengamanatkan netralitas militer. Dia juga membangkitkan kemarahan di Cina dan Korea dengan mengunjungi Kuil Yasukuni, sebuah peringatan untuk pahlawan perang Jepang, termasuk mereka yang dituduh melakukan kejahatan perang. Abe dibunuh awal tahun ini pada rapat umum politik setelah meninggalkan kantor oleh seorang pria yang memiliki dendam pribadi terhadapnya.

Antara tahun 1895 dan 1945, Kekaisaran Jepang yang meluas melancarkan serangkaian perang melawan Tiongkok, merebut sebagian besar wilayahnya, termasuk invasi habis-habisan pada tahun 1938 yang menembus jauh ke dalam Tiongkok tengah. Setidaknya 14 juta orang Cina tewas dalam perang, termasuk dalam pembantaian brutal menggunakan senjata kimia dan eksekusi massal. Sementara Tokyo telah mengeluarkan permintaan maaf resmi atas perang dan banyak kejahatannya terhadap kemanusiaan, Tokyo terus menghormati banyak pelaku kejahatan tersebut di Kuil Yasukuni.

Baca Juga:  Baksos 'Tarhib Ramadhan': Polda Jawa Timur dan LSM Gapura Bagi-bagi 500 Paket Sembako

Cina dan Jepang juga memiliki klaim yang bersaing atas sekelompok pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur yang oleh Jepang disebut Senkaku dan disebut Diaoyu Dao oleh Cina.

Pulau-pulau tersebut memiliki nilai strategis yang besar, terletak di lepas pantai dari daratan Cina dan dekat Selat Miyako dan Kepulauan Ryukyu Jepang.

Namun, pertukaran ekonomi dan budaya antara kedua negara Asia Timur sangat besar: Cina telah menjadi mitra dagang terbesar Jepang, dengan perdagangan bilateral pada tahun 2021 mencapai rekor US$ 391,4 miliar. Merek-merek Cina yang trendi memenuhi etalase toko-toko Jepang dan kaum muda Cina bersantap dengan makanan klasik Jepang. (Alya)

Sumber: Sputnik News

Related Posts

1 of 40