NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Perkembangan sengketa perbatasan laut antara Lebanon dan Israel terutama atas ladang gas Karish belakangan ini patut kita cermati dengan seksama. Terutama setelah Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan akan berperang dengan Israel yang melanggar wilayah teritorial Lebanon.
Nasrallah mengatakan bahwa Hizbullah telah membahas opsi ada peluang 50 persen situasi dapat diselesaikan dan peluang 50 persen situasinya bisa menuju ke arah perang jika Israel terus mengabaikan hak Lebanon atas ladang gasnya. Nasrallah juga telah memberikan tenggat waktu hingga awal September.
Perang Israel-Hizbullah kali ini tentu akan berdampak luas dan komprehensif – terutama terkait dengan perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.
Betapa tidak, bila rakyat Palestina yang selama ini hanya menonton Israel mencuri gas dari ladang gas di Jalur Gaza mulai menuntut haknya dan merebut “Gaza Marine” yang hanya beberapa kilometer di lepas pantai mereka sendiri dari tangan Israel mengiringi langkah Hizabullah.
Sebagai informasi, Gaza Marine adalah ladang gas di perairan teritorial Palestina. Teletak sekitar 36 km sebelah barat di Laut Mediterania timur. Ladang gas ini pertama kali ditemukan oleh oleh British Gas pada tahun 1999.
Sejauh ini, Otoritas Palestina telah membuat kesepakatan dengan beberapa perusahaan asing namun izin operasinya ditolak Israel.
Nah, sengketa teritorial maritim Lebanon-Israel dapat dijadikan momentum bagi pejuang Palestina untuk melancarkan klaim teritorial mereka terhadap Israel. Apalagi saat ini Eropa sangat berkepentingan dengan ladang gas Gaza Marine yang dikuasai Israel yang terbukti mengandung 12 triliun meter kubik gas.
Eropa sendiri berharap “gas curian Israel” ini dapat mengkompensasi sekitar 10 persen dari jumlah kebutuhan gas saat ini melalui nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani Israel dan Uni Eropa untuk mengekspor gas curian tersebut ke Uni Eropa (UE) melalui Mesir yang diumumkan pada 15 Juni lalu.
Nah, faksi-faksi perlawanan Palestina dapat mengambil momentum pertikaian Israel-Lebanon untuk menekan Israel, Amerika Serikat (AS), dan Eropa bagi kepentingan Palestina guna mengakhiri pendudukan Isarel dengan langkah militer jika kesepakatan gagal.
Jika terjadi perang dalam skala luas, faksi-faksi perlawanan Palestina dapat memicu front di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem dan bahkan di seluruh wilayah pendudukan – karena ini adalah momentum yang tepat untuk mengakhiri proyek zionis.
Dalam perang skala luas, Hizbullah dapat menghancurkan seluruh sektor energi Israel seperti ladang Karish, Athena, Tanin, Dolphin, Leviathan, Dalit, dan Afrodit serta ladang Kirin, Nawa dan Marin Bay yang terletak di lepas pantai Ashkelon dan Gaza yang diduduki.
Faksi perlawanan Palestina sendiri dalam operasi Sayf Al-Quds (Pedang Yerusalem) pada Mei 2021 – sedikitnya 20 rudal berhasil menghantam ladang gas alam Tamar di lepas pantai Ashkelon dan pipa gas Eilat-Ashkelon.
Kembali ke Gaza Marine, Palestina sangat berkepentingan dengan pendapatan ekstraksi gas dari ladang tersebut untuk mengakhiri ketergantungan ekonominya dan mewujudkan kedaulatan Palestina. (Agus Setiawan)