Gaya Hidup

Ayah dan Kecerdasan Sosial Anak

Ayah dan kecerdasan sosial anak.
Ayah dan kecerdasan sosial anak/Foto: ibworld.net

NUSANTARANEWS.CO – Ayah dan kecerdasan sosial anak. Keluarga menjadi tempat sosialisasi pertama yang dikenal seorang anak dalam tahap perkembangannya. Oleh karena itu, kecerdasan sosial yang dimiliki seorang anak sangat bergantung di antaranya dengan tahap awal sosialisasinya yaitu sosialisasi dalam lingkungan keluarga. Orang tua memiliki peranan yang penting terhadap tumbuh kembang anak dan kemampuan bersosialnya.

Bukan hanya peran seorang ibu dalam pengasuhan anak bahkan ketika ia bayi, peran seorang ayah juga sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim gabungan dari College London, King’s College London dan Oxford University menemukan betapa penting keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan anak bahkan sejak masa awal tiga bulam kelahirannya.

Dalam buku berjudul “The Importance of Fathers in the Healthy Development of Children” yang ditulis oleh Jeffrey Rosenberg dan W. Bradford Wilcox, menyebutkan anak yang memiliki keterlibatan (dalam pengasuhan) mulai masa awal kelahirannya secara akan berpengaruh lebih baik secara emosionalnya, ia memiliki kesempatan lebih cepat mengenal lingkunyan keluarganya dan secara tidak langsung memiliki kesempatan bersosial lebih baik dengan keterlibatan ayah dan ibunya.

Baik anak laki-laki maupun perempuan, keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan anak tersebut memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan dan kemampuan sosialisasinya. Lalu peran pengasuhan seperti apa yang dapat dilakukan seorang anak untuk tumbuh kembang anaknya? Ini dapat dimulai dengan melakukan tugas-tugas kecil seperti meluangkan waktu bermain dengan anak, mengantarkan anak tidur, membacakan buku cerita, hingga menemukan bentuk dan warna.

Hal-hal yang dapat anak miliki dengan memiliki kedekatan dengan ayahnya adalah kemampuan komunikasi dan interaksi. Seorang anak akan memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan tersebut dapat dimulai dengan bagaimana caranya berkomunikasi dan berinteraksi setidaknya dengan ayah dan ibunya yang keduanya berbeda.

Di Indonesia, pola asuh demikian dirasa masih sangat langka. Kebanyakan orang tua menyerahkan tugas pengasuhan secara keseluruhan kepada seorang ibu. Hal demikian sebenarnya yang memicu adanya gaya komunikasi satu arah antara anak dengan orang tuanya, terutama ayahnya. Seorang ayah kemudian terkesan sebagai kekuatan pengambil kebijakan tunggal terhadap anaknya, bahkan tidak ada kesempatan bagi anak untuk mengajukan pendapat mereka.

Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengutarakan pendapat di hadapan ayahnya hendaknya menjadi kebiasaan sejak dini untuk menunjang kemampuan berkomunikasinya dengan masyarakat nantinya. Seorang ayah dapat membantu anaknya untuk terbiasa berpendapat dengan menanyakan hal-hal kecil, misalnya apakah makanan tertentu disukai oleh anaknya, karakter apa yang disukai dalam buku cerita yang dibacakan, bagaimana penampilan ayah ketika hendak berangkat bekerja dan lain sebagainya.

Komunikasi dan interaksi yang baik dalam lingkungan keluarga, akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan anak memiliki ketakutan untuk berkomunikasi dengan lingkungan yang lebih besar lagi.

Untuk itu, perlu dikembangkan kecerdasan emosional dan sosial sebagai keterampilan dalam membangun hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan anggota masyarakat. Sehingga mampu mengoptimalkan komunikasi, kerja sama, dan resolusi konflik.

Setiap orang memiliki keterampilan ini dalam derajat yang berbeda-beda. Yang penting adalah seberapa sering, dan seberapa efektif Anda menggunakannya. Apakah Anda dan anak-anak Anda telah menciptakan kehidupan yang ceria dengan hasil positif yang Anda inginkan? Teruslah berlatih maka akan membawa diri Anda dan keluarga Anda lebih cerdas lagi. (Ris/Alya)

Related Posts

1 of 3,050