NUSANTARANEWS.CO, Bandung – Deklarasi KAMI Jabar singgung berkembangnya kediktatoran konstitusional. Setelah sempat berpindah tempat karena dicabutnya rekomendasi dari Satgas Covid 19, Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia (KAMI) Provinsi Jawa Barat akhirnya berhasil dideklarasikan di sebuah rumah di kawasan Pasteur, Bandung, Senin (7/9) siang.
Deklarasi dihadiri oleh tiga Presidium KAMI Pusat, yaitu Din Syamsudin, Jendral TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, dan Prof. Rohmat Wahab. Selain itu juga hadir sejumlah tokoh deklarator KAMI, seperti Ahmad Yani, Said Didu, Moh. Jumhur Hidayat, dan Syahganda Nainggolan. Sementara tokoh KAMI Jabar yang hadir antara lain Dindin Maolani, K.H. Athian Ali, Rizal Fadillah, Syafril Sofyan, dan Radar Tribaskoro.
Kediktatoran Konstitusional
Presidium KAMI Prof. Din Syamsudin dalam sambutannnya mengingatkan, satu abad yang lalu, pada tahun 1930, di pengadilan penjajahan Belanda saat itu, disampaikan pidato historis oleh Bung Karno yang berjudul Indonesia Menggugat. Pidato ini adalah pledoi yang menyatakan tentang kezaliman penjajahan Belanda dan kerusakan demi kerusakan yang diciptakannya.
Menurut Din sejarah berulang, tahun 2020, kerusakan-kerusakan serupa terjadi, bahkan menjadi-jadi.
“Saatnyalah banga ini menggugat, saatnyalah Bangsa Indonesia menggugat, KAMI menggugat karena hampir 100 tahun bukan kemakmuran, keadilan yang terwujud, tetapi justru kerusakan demi kerusakan,” seru Din.
Ia mengutip Bung Karno yang mengatakan, melawan penjajah tidaklah susah, adalah mudah. Namun melawan penjajah dari bangsa sendiri adalah susah. Karena itu, Din menilai peristiwa pendeklarasian KAMI Jabar itu harus menjadi dorongan bagi KAMI untuk membuka kerusakan demi kerusakan untuk menyelamatkan Indonesia.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menilai yang terjadi selama ini adalah penyelewengan nilai-nilai dasar, cita-cita nasional yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa ini diselewengkan, dan kemudian dilakukan pengrusakan dengan kezaliman dan kediktatoran.
“Apa yang terjadi terakhir adalah bentuk kediktatoran konstitusional,” kata Din seraya menambahkan, atas dasar konstitusi yang dimanipulasi dengan berbagai RUU yang dimanipulasi, rezim ini berusaha untuk memperkuat diri dalam bentuk kediktatoran, yang dalam bahasa agama adalah kezaliman.
Untuk itu, Din mengingatkan berlakunya hadis Rasul SAW untuk menolong saudara-saudara dzolim. Caranya, dengan menghentikan kedzoliman itu sendiri.
Oleh karena itu, Din menilai perlunya kembali menggelorakan semangat “Ayo Bung Rebut Kembali”. Ia mengajak segenap anggota dan simpatisan KAMI untuk merebut kembali marwah bangsa, merebut cita-cta bangsa ini, merebut kembali kedzoliman penguasa. “Dari Jawa Barat kita mulai,” serunya.
Ditegaskan Din Syamsudin, KAMI adalah gerakan moral, yang bertumpu pada nilai-nilai moral, kebenaran. Ia meyakini, jika kebenaran tiba maka kebathilan akan sirna. Sementara nilai moral yg lain adalah kejujuran, lawannya adalah kebohongan dan kedustaan. Nilai moral ketiga adalah keadilan.
“Atas dasar nilai-nilai moral itu KAMI melawan imoralitas,” tegas Din seraya menambahkan, bahwa tidak ada titik untuk mundur dari perjuangan.
Adapun mantan Panglima TNI Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo dalam sambutannya mengatakan, bahwa negeri ini sedang menglami krisis multidimensi. Namun, dalam situasi ini, Gatot menyebut, ada sekelompok orang yang mencari manfaat untukkepentingan kelompoknya sendiri.
Untuk itulah, tegas Gatot, KAMI lahir. “KAMI lahir agar jangan sampai kapal yang bocor ini semakiin tenggelam, maka KAMI ini berjuang, karena kalau KAMI tidak melakukan KAMI berhutang pada rakyat selaku pemilik kedaulatan,” ujarnya.
Usai acara deklarasi pembentukan KAMI Jabar para peserta sebagian menuju ke halaman Gedung Sate, Bandung, untuk melakukan aksi protes atas dicabutnya rekomendasi acara deklarasi yang sedianya dilakukan di Hotel Grand Pasundan itu. (Th/Dan)