NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Ingatkan sejarah dikalangan anak muda, saatnya digitalisasi sejarah di Jatim diberlakukan. Sejumlah situs peninggalan kerajaan Majapahit yang kini dikelola Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di Trowulan Mojokerto masih menarik untuk terus dikembangkan tak hanya sebagai Pariwisata, Ekonomi tapi juga pendidikan. Muncul ide dari Komisi B DPRD Jatim ketika berkunjung ke BPCB Jatim pada Senin (24/8) adalah dengan melakukan digitalisasi seluruh situs yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur terutama Kerajaan Majapahit.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim H Mahdi mengatakan, perlu ada upaya membangkitkan kecintaan para generasi muda terhadap budaya-budaya dan sejarah Kerajaan yang ada di Jawa Timur ini. Selain banyak sekali peninggalan yang bernilai sejarah, juga dapat menggairahkan lagi sektor sektor Pariwisata Pendidikan yang nantinya bermuara pada potensi ekonomi dan UMKM. “Di masa covid-19 ini, masyarakat khususnya generasi muda bisa diarahkan untuk mengenali kebesaran sejarah kerajaan seperti Majapahit melalui internet, melalui konten dan literasi yang familiar dengan generasi muda saat ini,” cetus politisi yang akrab disapa Kang Mahdi ini, Senin (24/8).
Anggota Komisi B lainnya, Nugroho SW mengusulkan adanya digitalisasi seluruh situs kerajaan majapahit yang tersebar di 38 kabupaten/kota Jawa Timur. Sehingga menjadi semacam museum digital yang bisa diakses di website maupun aplikasi khusus. Seperti yang sudah dilakukan sejumlah museum di luar negeri. “Misalnya sebuah patung, nanti akan ditampilkan lokasi, foto dari berbagai posisi, lalu dilengkapi ukuran panjang lebar dan sekilas penjelasannya di sebuah sarana digital, sehingga publik mudah mendapat informasi detail tentang situs majapahit,” urai Nugroho.
Hal ini dirasa perlu dilakukan karena saat ini sudah menjadi era yang serba digital. Selain bisa memudahkan publik mengakses informasi, sarana digital ini juga berguna untuk database. “Misalnya åda data digital tentang candi, nah ketika terjadi gempa maka tidak kesulitan untuk mengembalikan seperti aslinya jika terjadi kerusakan,” jelas politisi PDI-P ini.
Sementara itu, Anggota Komisi B Agatha Retnosari, mengharapkan kegiatan-kegiatan yang biasa digelar BPCB segera dikaji matang ketika akan dibuka kembali di era new normal nanti. Misalnya dengan ijin yang lengkap oleh Gugus tugas Covid setempat maupun penerapan protokol kesehatan. “Misalnya kegiatan 1 Suro kemarin, Syukurlah Suroan tetap ada di Candi Brahu tapi digelar dengan menggunakan ijin Gugus Tugas dan protokol covid-19,” ujar Agatha setelah bertemu dengan pimpinan BPCB Jatim di Trowulan, Senin (24/8).
Untuk itu, segala aktivitas budaya BPCB maupun Dinas kebudayaan pariwisata perlu mempertimbangkan bersama-sama tokoh budaya hingga seniman. Kegiatan mana yang memungkinkan untuk digelar dan mana yang sementara tidak bisa digelar. “Ini untuk tetap menjaga keberlangsungan budaya-budaya Jawa Timur, dan menyesuaikan diri dengan rencana dibukanya kembali tempat-tempat wisata di Jatim di era new normal nanti,” terang politisi PDI-P ini.
Kunjungan tersebut diikuti oleh beberapa anggota Komisi B lainnya. Antara lain Erma Susanti dan Go Tjong Ping (PDI-P), Ahmad Athoillah, Ufiq Zuroida, Chusainuddin (PKB) dan Subianto (Partai Demokrat). Kedatangan Komisi B ke BPCB Jatim di Trowulan Mojokerto dalam rangka menyerap aspirasi terkait perkembangan situs purbakala dan kunjungan wisata saat Covid ini diterima langsung Kuswanto Kepala Bagian BPCB Kemendikbud. “Kami setuju adanya digitalisasi situs seperti yang dilakukan di museum luar negeri, selama ini untuk pengenalan sejarah kepada generasi muda dilakukan secara online dan offline seperti mendatangi sekolah-sekolah,” papar Kuswanto. (setya)