Ekonomi

Siapa Konsumen Daging Kerbau Impor?

Suasana Pasar Kerbau di Toraja/Foto nusantantaranews via harnas
Suasana Pasar Kerbau di Toraja/Foto nusantantaranews via harnas

NUSANTARANEWS.CO – Tradisi pemerintah menekan harga daging dengan cara pintas yakni impor kini terulang kembali. Kali ini untuk menekan harga daging sapi yang masih bertengger diangka Rp 110.000-120.000/kg pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor daging kerbau India sebanyak 10.000 ton. Adapun landasan hukumnya yakni melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2016. Harga daging kerbau tersebut akan dijual seharga Rp 65.000/kg. Memang harga tersebut cukup menggirukan karena jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga daging sapi, namun kualitasnya pun tentu berbeda. Jadi dirasa wajar-wajar saja jika harganya pun jauh berbeda.

Daging kerbau India kini sudah masuk ke tanah air. Berdasarkan data dari Perum Bulog per Selasa 13 September 2016 kemarin, daging kerbau India yang sudah masuk sekitar 5.300 ton dari jatah kuota impor yang ditetapkan. Bahkan rencananya pemerintah melalui Perum Bulog akan kembali mengimpor sebanyak 70.000 ton hingga akhir tahun 2016 ini. Rencana tersebut pun sudah mendapatkan lampu hijau dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri BUMN Rini Soemarno dan pihak-pihak lainnya. Kini tinggal realisasinya saja.

Baca Juga:  Percepat Konektivitas, Pemkab Sumenep Luncurkan Pelayaran Perdana Kapal Express Bahari 8B

Jika menengok ke belakang wacana impor daging kerbau India sebanyak 10.000 ton banyak penolakan dari berbagai pihak. Alasan dari mereka bermacam-macam. Pertama mereka menolak karena makan daging kerbau bukanlah budaya masyarakat Indonesia, kemudian diantara mereka juga ada yang menyebut bahwa impor daging kerbau India tidak akan bisa menurunkan harga daging sapi karena kualitas dan rasa yang dimiliki kedua daging tersebut berbeda. Tidak hanya itu ada juga yang menyebut bahwa mengimpor daging kerbau India tidak akan menjadikan Indonesia mandiri dan justru merugikan para peternak sapi rakyat.

Dalam perjalanannya setelah impor tersebut dilakukan dan mulai masuk ke pasar Indonesia alasan-alasan penolakan pun terbukti sedikit demi sedikit. Salah satunya terkait harga daging sapi yang tak kunjung turun hingga saat ini. Hal tersebut lantaran konsumen daging sapi belum mau melirik daging kerbau yang disediakan oleh pemerintah, meskipun harganya cukup menggiurkan.

Kembali pada penambahan kuota impor sebanyak 70.000 ton, pemerintah mungkin tidak akan menambah kuota impor jika tidak ada permintaan dari konsumen. Dengan demikian bertambahnya kuota impor karena ada permintaan dari konsumen. Namun jika dilihat dari pengamatan dilapangan, nampaknya masyarakat menengah ke bawah atau konsumen biasa seperti penulis rasanya jarang sekali untuk memakan daging kerbau.

Baca Juga:  Penyumbang Terbesar, DBHCHT Jawa Timur Layak Ditambah Tahun 2025

Atas dasar itu penulis bertanya siapa konsumen dari daging kerbau India, sampai akhirnya konsumen tersebut berhasil meluluhkan hati pemerintah untuk menambah kuota impor daging kerbau? Kenapa konsumen tersebut tidak membelinya dari pedagang atau peternak daging kerbau dalam negeri saja ?

Saat ditanyakan kepada Direktur Pengadaan Bulog Wahyu dia hanya menjawab bahwa konsumen dari daging kerbau impor India ini bermacam-macam. Ada masyarakat langsung, ada Horeska (Hotel Restoran dan Katering) ada konsumen untuk Industri berbahan baku daging seperti burger, sosis, dan lain-lain.

“Bahkan saking banyak yang ngantri kita kewalahan,” katanya sat dihubungi Nusantaranews.co, di Jakarta, Senin, (19/9/2016).

Saat disinggung apakah sektor industri yang paling besar porsinya?

“Belum ada untuk data itu,” katanya. (Restu)

Related Posts

1 of 10