NUSANTARANEWS.CO – Peluang berinvestasi di Indonesia semakin menguntungkan dengan didukung jumlah penduduk kelas menengah yang terus meningkat dan memiliki potensi pasar sebesar USD1,8 Triliun, bonus demografis, serta didukung adanya sumber daya alam yang terjamin. Selain itu, ditunjang pula oleh iklim politik yang stabil dalam sepuluh tahun terakhir.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa, faktor-faktor tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. “Kami harapkan investasi Amerika Serikat di Indonesia, dari komitmen investasi di 73 proyek industri yang totalnya masih di bawah USD100 juta, dapat meningkat,” paparnya dalam dialog US-Indonesia Investment Summit yang diselenggarakan AmCham Indonesia di Jakarta (15/9).
Menurut penjelasan Menperin, komitmen investasi tersebut meliputi sektor industri makanan dan minuman, industri logam, permesinan dan elektronika, kimia dan industri farmasi.
“Peluang lain yang potensial bagi investor Amerika Serikat, terdapat di sektor hilirisasi industri berbasis sumber daya mineral, industri gasifikasi batubara dan industri petrokimia, industri agro, industri galangan kapal serta industri komponen otomotif dan kedirgantaraan,” ungkap Airlangga.
Karena itu, Menperin berharap ada dukungan dari pelaku industri Amerika Serikat dalam meningkatkan nilai tambah pada industri Indonesia melalui hilirisasi industri untuk mengurangi ketergantungan industri domestik terhadap bahan baku impor, bahan pendukung dan barang modal.
Bahkan, Airlangga juga mempromosikan empat kawasan industri yang sangat prospektif untuk investor yang saat ini sedang dibangun, yakni kawasan industri Dumai, kawasan industri JIIPE Gresik, kawasan industri Kendal serta kawasan indstri Kaltim.
“Keempatnya memiliki lokasi yang strategis, didukung fasilitas infrastruktur yang memadai serta memiliki sumber daya alam dan energi yang dibutuhkan oleh industri,” terangnya dalam sesi diskusi yang juga menghadirkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Trikasih Lembong, dengan moderator Managing Director AmCham Indonesia Lin Neumann.
Lebih lanjut, Airlangga mengharapkan investasi Amerika Serikat di Indonesia dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi kedua negara dalam meningkatkan nilai tambah industri manufaktur. Dan apabila memungkinkan, meningkatkan kontribusi signifikan industri dalam negeri pada jaringan produk global.
“Investasi Amerika Serikat di sektor industri berperan penting dalam peningkatan kapabilitas teknologi di Indonesia, sehingga Indonesia dapat berpartisipasi dalam global value chain,” ujarnya.
Dalam lima tahun terakhir, Indonesia memperoleh surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD8,6 Miliar. Pada 2015, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat sebesar USD16,2 Miliar, sedangkan impor mencapai USD7,6 MIliar. Pada triwulan II 2016, penanaman modal asing (PMA) di sektor industri mencapai USD3,85 Miliar, atau meningkat 58,3% dibanding periode yang sama tahun 2015 (USD2,43 Miliar). Di semester I 2016, indusri manufaktur berkontribusi hingga USD9,32 Miliar, atau 66,2% dari total investasi asing sebesar USD14,07 Miliar.
Menurut Airlangga, Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor utama produk Indonsia, selain Jepang, Tiongkok dan Singapura. Namun, Indonesia masih berada di posisi keenam negara asal impor bagi Amerika Serikat, di bawah Tiongkok, Singapura, Jepang, Thailand dan Malaysia. Diharapkan, posisi Indonesia dapat menguat sebagai salah satu partner strategis di kawasan Asia. Karenya, Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, pemerintah Indonesia memberikan insentif bagi investor, di antaranya tax holiday, tax allowance, dan pembebasan bea masuk untuk impor mesin dan bahan baku tertentu. (Sulaiman)