Puisi

Fragmen-fragmen: Dua Malam di Malioboro

fragmen, fragmen-fragmen, dua malam, malioboro, khanafi, nusantaranews, kumpulan puisi, kumpulan sajak
Khanafi. (Foto: Dok. Pribadi)

Fragmen-fragmen
Dua Malam di Malioboro

/p/
malam turun di atas jalan
langit mejaring mendung
seluruh perasaan menggantung rindu
di kantung mataku

aku berjalan menyusuri jalanan
yang menikung liku dan panjang
ketemui wajah pedagang asongan,
gelandangan, dan lainnya mengelabu
di langit puisiku

aku duduk menyalakan sebatang rokok
asap mengepul ke dalam lamun

-gang-gang sempit, orang gemuk, yang tua
sakit dahak dan insomnia menyerang tanpa ampun
bersama bauran asap dupa

/e/
di dekat rel kereta yang memanjangkan nasib
semua menunggu kesunyian yang mampir di kepala
mereka mengungsikan ingatan terjal
yang dilalui benda-benda pejal
dan beribu pertanyaan yang menjelma kerikil
dangkal dan tak pikir panjang

bulan jatuh di jalan malioboro
bermain dengan lampu mobil
bangku-bangku telah sesepi hatiku

hatiku begitu kosong memotong sunyi
dan kereta sepiku melaju dalam rel angan-angan

aku berjalan menembus dingin yang dicumbui keringat
kulit-kulit mimpi yang terlepas
dan membikin serpihan-serpihan di jalanan

jalanku semakin terasa panjang
memasuki labirin penuh teka-teki
kutemani orang asing berwajah seram
kudengar pencopet resah di ujung malam

sungguh aku ngantuk
tapi tak ingin pulang

/j/
aku ulang, aku pergi kepada malam
kuserahkan tubuhku yang letih
peluh yang tak dibasuh air selama dua hari

aku pergi pada gelap
menyampaikan deretan kesunyian
yang bersarang dalam dada
aku berangkat pada malam berasap
membawakan kenangan sejarah
aku lesap ke dalam mata-mata

/a/
aku tuliskan perjalanan
yang kumulai dengan tanda tanya paling hampa
aku telusuri lika liku wajah pelacur tua
mata yang kosong terlampau biasa
– menatap malam
selalu menciptakan mimpi buruk padaku

/l/
dekat rel kereta yang memanjangkan kesepianku
pelacuran dengan bau dupa yang menyengat
mirip tempat-tempat keramat

ingatan pada pedagang minuman
es teh, es jeruk, pada tukang asongan koran, kicau burung,
guguran daun di paving musium benteng vredebug
musik psychedelic dan wayan dengan cerutunya

pedagang anggur di terminal, pekerja di karokean
pasar kembang, penjual minuman, orang lalu lalang
dan percintaan yang payah terus merajah

jalan jalan melihat bar menyala
dengan musik jazz, perempuan menor
duduk menunggu kesepiannya datang
adalah buah simalakama yang turun di hatiku
ketika kantong bolong dan malam merobek impian

/an/
mungkin bayang-bayangku yang terlempar
ke luar malam, ke dalam gelap hampir mampat
menelan bersama kesepiannya
langit menggeliat. kunafasi bulan sabit
kutiup bagai terompet yang purnama dalam kepalaku

burung-burung dalam sinaran lampu menari
kutemukan angin memelukmu di ranjang
di bangku taman terlelap dalam lamun. aku yang terlalu pagi
di mana berpulang dan menenggelamkan diri pada puisi

Malioboro, 2019

 

 

 

 

Penulis: Khanafi, kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1995. Puisi-puisinya tersiar di beberapa media online seperti linikini.id, tembi.net, litera.co.id, radarbanyuwangi, serta termaktub di media cetak dalam sebentuk buku antologi puisi bersama. Sekarang penulis tinggal di Sewon, Bantul, Yogyakarta menimba renungan di Lesehan Pondok Sastra Kutub, dan warung kopi bernama “Pincuk”.

Related Posts

1 of 3,051