Ekonomi

Pelaku Industri Batik Diimbau Eksplorasi Petensi Zat Warna Alam

Peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran Solo, Pengrajin Batik Diimbau Eksplorasi Petensi Zat Warna Alam. (FOTO: Tribun Travel)
Peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran Solo, Pengrajin Batik Diimbau Eksplorasi Petensi Zat Warna Alam. (FOTO: Tribun Travel)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong agar industri batik menjadi sektor yang ramah terhadap lingkungan.

“Sebab, industri batik yang merupakan subsektor dari industri tekstil dan pakaian, menjadi andalan dalam menopang perekonomian dan mendapat prioritas pengembangan agar lebih berdaya saing,” kata Airlangga dalam keterangan resminya, Rabu (2/10/2019).

Industri batik, kata Airlangga, mulai diperkenalkan dengan bahan baku baru alternative, seperti dari serat rayon atau biji kapas. “Dengan material baru ini, diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih menarik dan kompetitif,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Airlangga, penggunaan zat warna alam pada produk batik juga merupakan solusi dalam mengurangi dampak pencemaran dan bahkan menjadikan batik sebagai eco-product yang bernilai ekonomi tinggi,” paparnya.

Ia menjelaskan, pengembangan zat warna alam itu dinilai turut mengurangi importasi zat warna sintetik. Di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat.

Baca Juga:  Bandara Internasional Dhoho Kediri Diresmikan, Khofifah: Pengungkit Kesejahteraan Masyarakat

“Batik warna alam hadir menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar,” kata dia.

“Kami mengimbau kepada seluruh perajin dan pelaku industri batik untuk terus mengeksplorasi potensi zat warna alam yang kita miliki, sehingga dapat memperkaya ragam batik warna alam Indonesia, termasuk motifnya. Selain itu juga adanya kolaborasi desain, yang seperti memadukan dengan tenun,” imbuhnya.

Menurut data Kemenperin, industri batik di dalam negeri selama ini telah berperan besar dalam mendorong perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya melalui capaian nilai ekspor dan serapan tenaga kerja yang cukup banyak.

Kemenperin mencatat nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019 mencapai USD17,99 juta. Sementara itu, sepanjang tahun 2018, tembus hingga USD52,44 juta. Negara tujuan utama pengapalannya, antara lain ke Jepang, AS, dan Eropa.

Selanjutnya, industri batik yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang.

Baca Juga:  Berpihak Industri Padat Karya SKT, Pekerja MPS Tuban Pilih Cagub Khofifah

“Oleh karena itu, sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, kita harus berani mengenalkan batik kepada masyarakat dunia, dan menjadikan batik sebagai duta budaya Indonesia pada acara-acara internasional,” kata Airlangga. (nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,160