NUSANTARANEWS.CO – Diplomasi kekanak-kanakan Amerika Serikat telah menghancurkan seni diplomasi yang begitu tinggi, halus, dan beretika dalam pergaulan dunia internasional. Presiden Trump kini telah mempertontonkan diplomasi gaya baru berupa ancaman kekanak-kanakan terhadap Iran. Diplomasi telah berubah menjadi pertunjukan teater dengan kualitas yang rendah. Menghapus sejarah diplomasi sebagai seni hubungan internasional yang beradab yang dipelihara di ruang pembelajaran dan ruang-ruang pertemuan tingkat tinggi yang santun. Singkatnya, dunia diplomasi telah berakhir.
Lihat saja ketika pada hari Senin, Washington menjatuhkan sanksi baru yang bersifat sangat spesifik, bersifat pribadi, dan lebih menghina. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah menjadi korban “pembulian” oleh Trump dengan tuduhan “bertanggung jawab atas perilaku bermusuhan Iran”. Aspek penting dari tujuan sanksi tersebut adalah Ayatollah memiliki akses ke dana besar yang dapat membiayai Korps Pengawal Revolusi Islam.
Sanksi juga meliputi sebanyak delapan komandan Garda Revolusi, termasuk komandan batalyon yang menembak jatuh Global Hawk RQ-4A seharga US$ 130 juta.
Keberanian Iran menembak jatuh drone pengintai membuktikan bahwa sistem pertahanan udara Iran bekerja dengan baik. Jeremy Binnie dari Jane’s Defense mengatakan: “Iran melakukan investasi pertahanan dengan benar, dan itu terbukti, katanya memanaskan situasi kepada CNN.
Presiden Iran Hassan Rouhani menanggapi sanksi kekanak-kanakan tersebut dengan jengkel – apalagi menyerang seorang Ayatullah yang tidak memiliki harta dengan hidup dan rumahnya yang sederhana, Meski memiliki tempat do’a, namun hanyalah sebuah tempat sederhana pula. Sungguh “idiot” kata Rouhani menanggapi kebijakan AS tersebut.
Rouhani juga menambahkan, “Anda (AS) memberi sanksi kepada menteri luar negeri dan secara bersamaan meminta untuk pembicaraan. Gedung Putih sungguh menderita cacat mental dan tidak tahu harus berbuat apa,” ujarnya.
Trump sendiri dengan berlagak pilon terus mengancam Iran dengan mengatakan, “Setiap serangan terhadap kepentingan AS dan sekutunya oleh Iran, apa pun bentuknya akan disambut dengan kekuatan yang tidak tertahankan.
Kebijakan kekanak-kanan AS ini memang telah membalik integritas karakter seni diplomasi tingkat tinggi menjadi setingkat taman kanak-kanak. Betapa tidak bila seninya hanya mengancam dengan kekerasan, merendahkan dan bahkan menghina – sambil memandang tinggi AS sebagai negara yang cinta damai. Presiden Trump malah dengan meyakinkan mengatakan bahwa, “Kami tidak mencari konflik dengan Iran atau negara lain. Saya menantikan suatu hari ketika sanksi akhirnya dapat dicabut dan Iran menjadi negara yang damai, makmur dan produktif. Hal ini bisa terjadi besok atau bertahun-tahun kemudian.”
Permainan kata-kata kekanak-kanakan pun tercermin dalam ucapan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang mengatakan bahwa, “Khamenei telah memperkaya dirinya sendiri dengan mengorbankan rakyat Iran.”
AS terus menggali empati palsu untuk mengadu domba pemimpin dengan rakyatnya. Korban harus ditemukan, bahkan ketika mereka menjadi korban oleh orang yang saleh. Sehingga AS dapat menghukum dengan kebijakan luar negerinya tanpa peduli bila rakyat Iran yang harus menderita. (Agus Setiawan)