Mancanegara

Rusia Mulai Menantang AS di Halaman Belakangnya Sendiri

Balckjaks Rusia
Balckjaks Rusia

NUSANTARANEWS.CO – Rusia mulai menantang Amerika Serikat (AS) di halaman belakangnya sendiri. Sejak unifikasi Krimea dengan Rusia pada tahun 2014, dan insiden Selat Kerch 2018 – AS telah menuding Rusia sebagai ancaman keamanan Eropa. Insiden ini kemudian dijadikan dalih oleh Washington dengan NATO-nya untuk memperkuat sistem pertahanan Eropa dengan rudal Patriot – sekaligus meningkatkan pengiriman senjata dan peralatan militer lainnya ke Ukraina yang memicu kemarahan Moskwa.

Menyikapi provokasi AS itu, Rusia kemudian memperluas kegiatan operasi militer dan intelijennya di kawasan Laut Hitam. Bukan itu saja, Rusia juga mulai meningkatkan kerjasama militer strategis dengan Venezuela serta membuka kembali fasilitas militer era Uni Soviet di Kuba.

Patroli sepasang pembom strategis Tu-160 Blackjacks yang mampu menenteng rudal nuklir di atas Laut Karibia dari pangkalan militer di Venezuela, dan pengerahan personel militer baru-baru ini ke Caracas, menjadi cara Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengimbangi strategi AS di belahan buminya sendiri.

Baca Juga:  Kamala Harris Khawatir Donald Trump Akan Memenangkan Negara Bagian "Tembok Biru"

Pemerintah AS, yang ingin menggulingkan Presiden Venezuela Nicolás Maduro, langsung mengecam Rusia karena mengirimkan personel militernya ke negara tersebut.

Sebetulnya, kehadiran pesawat pembom supersonik Tu-160 di Venezuela, bukanlah yang pertama. Pada tahun 2008, pembom supersonik ini, telah biasa melakukan penerbangan ke Venezuela – ketika terjadi perang singkat Rusia dengan Georgia.

Demikian pula pada Oktober 2013, satuan pembom supersonik ini kembali mengadakan patroli jarak jauh, sekaligus memberikan dukungan kepada pemerintah Venezuela setelah kematian Presiden Hugo Chavez.

Pengerahan baru ini tampaknya menjadi sinyal dukungan kuat Rusia terhadap Venezuela, seperti halnya dukungan Rusia kepada Presiden Suriah Bashar al Assad – terutama setelah melihat dukungan beberapa anggota Kongres Amerika yang mulai menyatakan dukungan untuk menjatuhkan Presiden Maduro.

Hal ini, jelas sangat berarti bagi Maduro yang memang sedang dalam tekanan tinggi akibat sanksi dan embargo yang dilakukan oleh AS. Apalagi ditambah dengan upaya pembunuhan terhadap dirinya. Pada Agustus 2018, Maduro selamat dari upaya pembunuhan melalui serangan pesawat tak berawak yang bermuatan bahan peledak.

Baca Juga:  BREAKING NEWS: Atas Perintah Raja Maroko, Putra Mahkota Moulay El Hassan Sambut Presiden Tiongkok di Casablanca

Kehadiran pembom Rusia ke Venezuela cukup mempengaruhi konstelasi di kawasan. Apalagi fasilitas pangkalan militer Venezuela memiliki kemampuan infrastruktur bagi operasional pesawat pembom tersebut.

Meski Rusia saat ini baru mengaktifkan satu skuadron Blackjack, namun ke depan rencananya akan ditingkatkan menjadi lebih dari dua skuadron. Selain itu, Rusia juga dapat mengerahkan pembom TU-95 Bear yang juga berkemampuan nuklir, atau pesawat patroli maritim jarak jauh Tu-142.

Dengan adanya kegiatan patroli rutin pembom Rusia atau pesawat jarak jauh sejenis di wilayah Karibia, tentu akan menjadi duri bagi Washington. Sama halnya dengan patroli AS yang secara rutin terbang di sepanjang tepi wilayah udara Rusia, terutama di wilayah Laut Baltik dan Laut Hitam.

Pengerahan patroli Rusia ini, sampai taraf tertentu telah membantu mitra strategisnya, Venezuela. Sekaligus mencerminkan tantangan terhadap AS di halaman belakangnya. Di sisi lain, Rusia juga telah mengerahkan armada kapal selamnya di utara Samudra Atlantik. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,095