Mancanegara

Rusia Bersumpah Dukung Kepemimpinan Maduro

 

Menlu Rusia Sergei Lavrov
Menlu Rusia Sergei Lavrov/Foto: Sentinel

NUSANTARANEWS.CO – Rusia bersumpah dukung kepemimpinan Maduro. Pada hari Minggu (7/5) di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan rekannya Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza membahas ancaman Amerika Serikat (AS) terhadap kedaulatan Venezuela. Mengungkap tangan-tangan kotor rezim Trump yang ingin menggulingkan Maduro dan menghilangkan demokrasi sosial Bolivarian.

Lebih jauh, kedua menlu tersebut juga mengungkap rencana AS yang ingin mengambil alih kendali atas sumber daya alam milik rakyat Venezuela, khususnya minyak – dengan berlandaskan kebohongan dan penipuan serta memutarbalikkan fakta sebagaimana yang disebarluaskan media mainstream barat.

Ditengah gencarnya diplomasi AS menggalang dukungan untuk Guaido dari negara-negara Amerika Latin dan Eropa – Rusia pun mulai menggalang dukungan dari Cina, Iran dan Turki untuk mendukung pemerintahan Maduro. Rusia mengakui Maduro sebagai kepala negara Venezuela yang sah dan menegaskan bahwa dukungan AS untuk Guaido merupakan pelanggaran terhadap piagam PBB.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Pada hari Senin di Rovaniemi, Finlandia di sela-sela pertemuan Dewan Arktik, Sergey Lavrov mengecam kampanye AS yang ingin menggulingkan pemerintahan Venezuela yang sah.

Lavrov berharap semua negara mengerti bahwa, Rusia sangat menentang tindakan militer yang melanggar hukum internasional, di mana saja. Hanya Dewan Keamanan PBB yang dapat mengizinkan penggunaan kekuatan, tegasnya.

Sementara Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan bahwa Venezuela patut memiliki demokrasi dan tidak boleh ada pihak asing yang beroperasi Venezuela. Pompeo juga menambahkan bahwa, “kami ingin Kuba keluar dari sana, kami mau Iran keluar, dan kami mau militer Rusia keluar, pungkasnya.

Seperti diketahui, pada Maret lalu, Rusia memang telah mengirimkan ratusan tentara dan perlengkapan militer tambahan ke Venezuela. Sebelumnya, Rusia dan Venezuela juga telah menggelar latihan militer bersama pada akhir tahun lalu, di mana Rusia mengerahkan dua pembom berkemampuan nuklir Tu-160 Blackjaks ke Venezuela. Kehadiran pembom jarak jauh Rusia tersebut langsung menimbulkan reaksi keras dari AS.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Kedua pesawat pembom itu, kemudian melakukan latihan udara di atas Laut Karibia. Manuver udara itu juga melibatkan jet tempur Su-30 dan F-16 Angkatan Udara Venezuela.

Kehadiran militer Rusia di Venezuela tampaknya sebagai tanggapan jangka panjang terhadap keluarnya AS dari perjanjian INF. Dengan terbukanya akses ke wilayah Karibia, terutama ke pangkalan udara di pulau La Orchila, di timur laut Caracas – sehingga Rusia dapat melakukan patroli jarak jauh tanpa perlu kembali ke Rusia untuk pengisian bahan bakar.

Rusia memang telah lama menjalin kerjasama bilateral dengan Venezuela. Negeri Bolivarian ini banyak mendapat bantuan pinjaman dari Rusia, termasuk kerjasama dalam pengelolaan industri minyak dan militer.

Rusia sangat menentang sanksi AS terhadap Venezuela. Tidak mengherankan bila hubungan antara Moskwa dan Caracas semakin menguat dalam beberapa bulan terakhir, sebaliknya hubungan AS dan Venezuela semakin memburuk. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,073