NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan pembangunan jalan tol Trans Jawa saat ini lebih banyak dibangun dan dikelola oleh perusahaan asing dan swasta nasional. Ada juga BUMN yang memiliki pengusaan penuh selama puluhan tahun untuk memungut biaya atau tarif tol.
“Yang tentu saja tidak banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di Pantura,” katanya, Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Baca juga: Rizal Ramli: Percuma Kita Bolak-balik Mengundang Perusahaan Asing Ke Dalam Negeri
Begitu juga, kata Arief, terkait pemberian izin usaha di area jalan tol Trans Jawa untuk mendirikan usaha rest area sebagai salah satu pemasukan usaha pengelolaan jalan tol.
“Juga dikuasai oleh pengelola jalan tol sehingga kawasan sekitar akses jalan tol akan mudah dikuasai oleh para pemodal skala besar yang sudah barang tentu bermotifkan keuntungan,” sebutnya.
Politisi Partai Gerindra ini menyebutkan keuntungan para pemodal rest area terjadi di mana pengguna jalan tol tidak bisa sembarangan berhenti, kecuali darurat.
Baca juga: 80% Lahan Migas Indonesia Sudah Dimiliki Asing
“Atau keluar dari jalan tol (outramp) yang terdekat, mereka hanya diperbolehkan berhenti di area istirahat (rest area) yang jadi usaha bisnis bagai pemodal besar dan bukan pengusaha pengusaha kecil menengah yang ada di jalur Pantura selama ini,” ungkapnya.
Dia menambahkan, berbeda koridor jalan raya atau jalan negara di Pantura meliputi beberapa kota dan kabupaten di dalam wilayah adminstratif Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Koridor ini selama beberapa dekade telah tumbuh perekonomian masyarakat dengan sangat pesat dengan berporoskan jalan Daendels,” beber Arief.
(gdn/wbn)
Editor: Gendon Wibisono