NUSANTARANEWS.CO – Sedikitnya 35 tentara Mesir dan petugas kepolisian tewas dalam insiden kontak senjata dengan militan bersenjata di Bahariya di Gurun Barat. Peristiwa ini dilaporkan terjadi pada Jumat, 20 Oktober 2017 kemarin.
Sebuah pernyataan kementerian dalam negeri Mesir mengkonfirmasi kejadian tersebut dan mengatakan beberapa anggota militan juga tewas dalam kontak senjata tersebut tetapi tidak disebutkan berapa jumlahnya.
Dilansir kantor berita AFP, pasukan keamanan Mesir yang memburu militan jihadis di wilayah tersebut disergap pada Jumat malam di sebuah jalan menuju oasis Bahariya, sekitar 200 kilometer tenggara Kairo.
Menurut sumber terdekat dengan dinas keamanan, kovoi pasukan keamanan dihujani tembakan roket, serta sejumlah alat peledak.
Sejauh ini belum ada klaim tanggungjawab atas serangan mematikan ini. Sebuah klaim palsu oleh kelompok kecil ekstrimis Hasm, yang dilaporkan oleh beberapa media lokal, menyebar di media sosial segera setelah serangan tersebut terjadi.
Mesir diketahui telah menjadi tempat tumbuh kembangnya jihadis, terutama sejak Presiden Mohamed Morsi disingkirkan dari kursi kekuasaan.
Hasm sendiri diketahui beberapa kali mengklaim serangan sejak 2016 lalu. Sebuah serangan yang menargetkan polisi, pejabat dan hakim di Kairo. Namun, mereka tidak pernah menyebut dirinya berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Diduga, ISIS dalang di balik aksi-aksi penyerangan di Mesir. Pasalnya, ISIS diketahui sangat aktif melakukan serangan di utara semenanjung Sinai. Ratusan tentara dan polisi telah menjadi korban di kawasan mematikan itu.
Juli lalu, serangan mematikan dari ISIS terhadap militer dan polisi juga terjadi di Sinai yang menewaskan setidaknya 21 tentara.
Kelompok yang menguasai daerah ini diketahui sangat lihai dan ahli berperang. Ditambah lagi mereka memiliki perangkat dan alat perang yang cukup memadai seperti penembak jitu atau sniper dan bom-bom yang dipasang di jalanan.
Apalagi saat ini, pusat komando ISIS di Suriah dan Irak sudah porak poranda, boleh jadi Sinai akan kembali dijadikan markas perjuangan mereka. (ed)
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews