NUSANTARANEWS.CO – Pengamat Pertahanan dan Alutsista TNI, Jagarin Pane dalam sebuah ulasannya membeberkan bahwa Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) saat ini sedang membentuk Koopsau III di Biak. Demi menunjang kelancaran program, diperkirakan pada program Minimum Essential Force TNI (MEF) ketiga, jumlah pesawat tempur yang dimiliki sudah mencapai 180 unit dari berbagai jenis.
“Pangkalan angkatan udara Biak secara infrastruktur sudah ready for use sebagai markas Koopsau III sekaligus home base jet tempur,” ungkap Jagarin dikutip dari keterangan tertulis, Senin (11/2/2018).
Saat ini lanjut Jagarin, untuk Koopsau I berkedudukan di Jakarta, sementara untuk Koopsau II berada di Makassar. Jumlah pesawat tempur berbagai jenis yang dimiliki saat ini berjumlah 116 unit. “Prediksi pesawat tempur sampai MEF ketiga adalah 180 unit,” sambungngnya.
Dirinya menambahkan, hal yang menarik dari pengembangan serba tiga itu kesemuanya membutuhkan tambahan 3 skadron jet tempur untuk TNI AU, tiga puluhan kapal perang untuk TNI AL dan tigaratusan Tank berbagai jenis yang dibutuhkan TNI AD.
“Dan yang juga tidak kalah penting adalah semua program hebat itu akan diselesaikan dalam serial MEF yang ketiga periode 2019-2024,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Wakil Menteri Pertahanan Indonesia era SBY, Sjafrie Sjamsoeddin (2017) menjelaskan industri pertahanan sebagai komponen pendukung dalam sistem pertahanan negara merupakan faktor determinan yang perlu terus dikembangkan sesuai dinamika perubahan strategis.
Menurutnya, industri pertahanan saat ini masih lebih pada pembangunan teknologi pertahanan yang terlihat (tangible) untuk keperluan alutsista darat, laut dan udara. Tetapi lanjut Sjafrie, di masa depan perlu dikembangkan juga pada kemampuan lain seperti rekayasa perangkat lunak untuk keperluan-keperluan sistem yang berorientasi pada perangkat lunak (software based system). Antara lain seperti simulator, artificial intelligence, robot, dan juga dalam rangka meningkatkan kemampuan asimetris seperti cyber.
Hal ini untuk kebutuhan informasi dan komunikasi khususnya kemampuan intelligence, surveillance and recognition (ISR). Selain itu, kata Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, industri pertahanan harus mampu mengakomodasi pencapaian-pencapaian teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya yang didapat oleh para anak bangsa. (red)
Pewarta: G Wibisono