Berita UtamaLintas NusaOpiniRubrikaTerbaru

10 Tahun Perjalanan dari Aceh ke Papua

10 Tahun Perjalanan dari Aceh ke Papua
10 Tahun Perjalanan dari Aceh ke Papua

NUSANTARANEWS.CO, Papua – Saya mendarat pertama kali di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Aceh, pada Juni 2013. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya Senin, 8 Mei 2023, saya mendarat di Bandar Udara Sentani Jayapura, Papua. Inilah perjalanan panjang saya dari barat Indonesia ke timur negeri berjuluk Zamrud di Khatulistiwa ini.

Suatu perjalanan panjang sudah tentu. Satu dekade!

Namun itulah makna mimpi dalam kehidupan. Selama seseorang memimpikan sesuatu, niscaya mimpinya akan terwujud di kemudian hari. Bisa segera, bisa juga butuh waktu sangat lama.

Saat SMA dulu, saya sudah memimpikan untuk hadir di dua kutub nusantara itu. Dulunya, saya ingin menjejali jarak keduanya dengan berjalan kaki, atau setidaknya bersepeda. Mungkin karena waktu itu, lebih 30 tahun lalu, naik pesawat merupakan sebuah kemewahan bagi seorang anak kampung seperti saya. Jadilah saya bangun mimpi yang masuk akal saja. Tidak muluk-muluk.

Baca Juga:  Jadi Bulanan Serangan Hoaks, Pemuda Pancasila Dukung Gus Fawait Djos di Pilkada Jember

Agak berbeda halnya ketika saya masuk di hari pertama sekolah menengah pertama di Ibukota Kecamatan Mori Atas, SMP Negeri Tomata. Saat itu, jadwal mata pelajaran Bahasa Inggris. Hari pertama langsung dapat mata pelajaran yang sangat asing bagi seorang lulusan sekolah dasar terisolir di kampung saya di pedalaman Kabupaten Poso (kini morowali utara).

Dalam kekagetan bercampur bingung, saya justru membangun mimpi untuk berada di tengah-tengah kerumunan manusia berbahasa asing yang asing di telinga saya saat itu, Bahasa Inggris. Saya ingin berkunjung ke bangsa berbahasa Inggris yang entah di mana adanya saat itu. Saya belum tahu. Sebuah mimpi kategori muluk-muluk. Memang.

Tapi faktanya, jalan hidup membimbing saya menuju perwujudan mimpi yang dikarang di hari pertama masuk SMP. Walaupun waktunya menunggu 4 dekade kurang 2 tahun.

Mimpi saya benar-benar terwujud. Atas sponsorship Ford Foundation, melalui International Fellowship Program, saya senyatanya berada di Inggris. Hal itu terjadi saat saya kuliah pasca sarjana bidang Global Ethics di University of Birmingham, England, tahun 2005-2026. Meminjam kata orang-orang, my dream is accomplished..!!

Baca Juga:  Penyumbang Terbesar, DBHCHT Jawa Timur Layak Ditambah Tahun 2025

Kembali ke mimpi melintas Aceh – Papua, akhirnya juga terjadi ‘my dream is accomplished’. Mimpi jadi nyata.

Sebagaimana halnya saya lakukan ketika saat langkah pertama terjejakkan di Tanah Rencong, pada jejakan kaki pertama di Sentani, saya merunduk meletakkan telapak tangan kanan saya ke Tanah Papua sambil berguman “Diberkatilah Tanah Papua“. Jika damai akhirnya menjadi keseharian Aceh hari-hari ini, niscaya kedamaian akan melingkupi setiap jengkal Papua.

Pada akhirnya, saya boleh berujar dalam doa-doa: “Diberkatilah Indonesia, dari Tanah Rencong hingga ke Tanah Papua“. Aminnnn…

Sarmi, 8 Mei 2023

Wilson Lalengke

Related Posts

1 of 34