Budaya / SeniPuisi

Achemar, Permainan Anak-Anak – Puisi Surya Gemilang

Achemar

 

cermin hanyalah sebatang jarum penghubung

lazuardi dengan mata seorang pria yang

terperangkap di sebuah rumah makan. musik

jazz adalah jas hitamnya yang menyimpan

seekor belatung di bagian saku. pria itu

melamun seperti hendak menjelma pagi di

atasnya, sementara si pelayan rumah makan

bertanya, “anda ingin mati tanggal berapa,

tuan?” kepadanya yang lantas menjawab

dengan keheningan musim kemarau.

 

 

Permainan Anak-anak

 

aku mengutukmu sebab temaram matamu.

segala yang redup membelenggu riak

darahku. di kulit leherku ada nama dari

setiap embus napasmu, ada seluruh mantra

yang terkikis pada tiap lenguhmu kepada

purnama. di kemudian hari, kita sama-sama

menyulut ribuan kitab yang tak lagi suci.

 

kita menamatkan permainan anak-anak

lalu menyombongkan diri sebagai raja

dan ratu. belakangan, seorang anak yang

kalah menduduki bayang-bayang kursi

yang perlahan jadi nyata. dan kita masih

terperangkap dalam permainan anak-anak:

kita tak lagi saling mengenal, tak lagi

memuja bayang-bayang dan logika.

 

debur keringat di lehermu memandikan

luka sayat di kedua pahaku; jeram liurmu

menggerayangi luka tembak di mata

kiriku; desis air matamu padamkan luka

bakar di sekujur punggungku. dan kita

akan melanjutkan permainan anak-anak itu.

 

 

Sajak di Dalam Pesawat

 

bocah kecil yang duduk di sampingku

masihlah tertawa. pun ibunya.

mereka tak tahu

bahwa sebentar lagi pesawat ini

akan

jatuh.

mungkin meledak terlebih dahulu.

 

dan mereka hanya tidak tahu.

barangkali tidak mau tahu,

sebab ketidaktahuan begitu sederhana

 

dan membahagiakan.

 

Denpasar, 2016

Simak:

Surya Gemilang/Istimewa
Surya Gemilang

Surya Gemilang, lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Antologi cerpen tunggal pertamanya berjudul Mengejar Bintang Jatuh (2015). Tulisan-­tulisannya yang lain dapat dijumpai di lebih dari delapan antologi bersama dan sejumlah media massa. Publikasi puisi-puisi Surya Gemilang di nusantaranews.co minggu ini adalah “Kekasih yang Kera“, “Hari Ini Bukan di Denpasar“, “Pan Kasim, Dongengi Aku“,  “Pun Sajak Bisa Merambat“,  “Racun Belukar Malam“, “Sajak Pedang“, dan “Serat“.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124