Berita UtamaMancanegaraOpiniTerbaru

Ukraina Memainkan “Russian Roulette” Dengan Dua Peluru Terpasang

Ukraina memainkan “Russian roulette” dengan dua peluru terpasang.
Ukraina memainkan “Russian roulette” dengan dua peluru terpasang.

NUSANTARANEWS.CO – Ukraina memainkan “Russian roulette” dengan dua peluru terpasang. Di atas kertas, Ukraina bukanlah lawan setara dengan Rusia jika terjadi perang terbuka. Keputusan yang diambil Kiev untuk keluar dari krisis ekonomi dan politik dalam negerinya dengan menantang perang Rusia sama saja dengan “bunuh diri”. Andaikan NATO turut membela, tetap saja medan tempurnya berada di Ukraina.

Ukraina memang sedang berusaha untuk keluar dari krisis politik dan ekonomi dalam negerinya dengan mengalihkan isu politik perebutan wilayah Dombass dengan Rusia – sebagai upaya menekan kelompok oposisi dan mendapatkan bantuan ekonomi dari Barat untuk pemulihan ekonominya, termasuk vaksin.

Jelas skenario perang dengan Rusia akan menjadi bencana bagi negara Eropa Timur dan hanya segelintir elit politik Ukraina dan kepentingan asing saja yang menerima manfaat dari konflik semacam itu.

Juga masih menjadi pertanyaan, jika Kiev mengalami kekalahan, apakah NATO akan datang dengan risiko memicu perang skala besar tak terbayangkan di Eropa. Rusia yang telah mengerahkan militernya ke perbatasan Ukraina tentu tidak sekedar show of force untuk melindungi warga negaranya jika terjadi perang.

Baca Juga:  Ketua PWI Pamekasan Menyebut Wartawan Harus Memiliki 5 Sifat Kenabian

Eskalasi yang terus meningkat di Dombass tampaknya bukanlah suatu kebetulan seiring dengan keberhasilan “diplomasi vaksin” Rusia dan UE serta hampir selesainya Proyek Nord Stream II Jerman-Rusia. Selain itu, tersebar kabar bahwa Presiden Biden dan keluarganya ternyata memiliki sejarah transaksi korup dengan Ukraina – yang memberi mereka kepentingan pribadi untuk mendukung Ukraina melebihi presiden AS manapun dalam situasi ini.

Kepentingan pribadi ini pada gilirannya dapat saja membuat AS mengerahkan militernya ke Ukraina Timur dalam skenario terburuk. Jika bukan AS dan khususnya dukungan keluarga Biden – tentu tidak ada orang lain, apalagi Rusia yang menginginkan konflik meledak di Ukraina Timur.

Namun apapun yang terjadi, Kremlin tentu dengan tegas akan mempertahankan kepentingan keamanan dan perbatasannya yang sah serta keamanan warganya di Donbass jika situasinya benar-benar memburuk dengan cepat.

Ukraina tampaknya telah memainkan “Russian roulette” dengan dua peluru yang terpasang: Kalah perang dengan Rusia atau hancur dengan sendirinya. Sementara AS dan Rusia tentu tidak menginginkan bentrok secara langsung. Lalu bagaimana sikap Uni Eropa yang kepentingannya selalu dirugikan oleh AS? (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,054