UGM Bekali Keahlian Darurat Bencana

Mahasiswa, Dosen dan masyarakat bekerja sama menyiapkan pakan ternak bagi kebutuhan ternak di daerah yang membutuhkan. (Foto: Istimewa)

Mahasiswa, Dosen dan masyarakat bekerja sama menyiapkan pakan ternak bagi kebutuhan ternak di daerah yang membutuhkan. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengoptimalkan perpanjangan status darurat Gunung Agung dengan memberikan pembekalan kepada para peternak. Keahlian yang diberikan mencakup 3 fungsi dalam menghadapi kondisi darurat bencana.

“Kami mengoptimalkan waktu perpanjangan status darurat Gunung Agung, dengan pembekalan 3 in 1 bagi peternak untuk menghadapi kondisi darurat bencana seperti saat ini,” ujar Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ali Agus dalam keterangan tertulisnya saat merespons surat pernyataan Gubernur Bali bernomor 99808/361/SET/BPBD, yang menyatakan perpanjangan keadaan darurat penanganan pengungsi akibat bencana Gunung Agung hingga 26 Oktober 2017, di Kampus Fapet UGM, Yogyakarta, Rabu (18/10).

Prof Ali mengatakan, untuk membantu pemerintah dalam rangka penyelamatan ternak di Gunung Agung, perlu dilakukan penyesuaian terhadap aktivitas rescue ternak.

“Aktivitas dapat dikembangkan dalam aksi yang berfungsi sebagai investasi jangka panjang, agar nafas rescue bertahan lebih lama,” kata Prof Ali yang juga Ahli Teknologi Pakan Fapet UGM itu.

Aktivitas 3 in 1

Ia mengatakan, aktivitas edukasi dalam pengolahan pakan ini adalah 3 in 1 activity, dimana satu aktivitas memiliki 3 fungsi. Ketiganya adalah pertolongan (rescue) ternak, stocking pakan, dan pengurangan resiko bencana.

Edukasi dari aktivitas 3 in 1 itu mencakup, pelatihan membuat pakan komplit bagi peternak yang di pengungsian. Diantaranya; skill bidang olah pakan ternak, edukasi pengurangan risiko bencana, dan obat jenuh dan stress di pengungsian, terang Prof Ali yang juga ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI).

Sementara itu, untuk keperluan posko, jelas Prof Ali, pihaknya juga mengirim logistik berupa probiotik untuk mengolah pakan fermentasi dan juga premik mineral serta suplemen anti stres.

Aktivitas Edukasi

Senada dengan itu, Wakil Dekan Fapet UGM Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama, Bambang Suwignyo menjelaskan, bentuk penyesuaian aktivitas di Posko adalah adanya aktivitas edukasi. Relawan posko yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, kata dia, tetap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan satgas ternak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam hal evakuasi ternak di posko-posko yang disediakan.

“Selain itu juga berkolaborasi dengan Universitas Udayana untuk mempersiapkan stok pakan agar dapat disimpan dalam waktu lama, yaitu membuat pakan fermentasi dan pakan komplit,” papar Bambang yang juga Kordinator Posko Bersama Penyelamatan Ternak Gunung Agung itu dari Karang Asem, Bali.

Menurut dia, pembuatan pakan ternak komplit (complete feed) atau yang juga dikenal sebagai burger pakan ternak, berbasis jerami padi untuk ternak-ternak terdampak aktivitas Gunung Agung.

“Pemilihan complete feed karena jenis teknologi pakan ini lebih praktis, sudah diuji palatabilitasnya, kandungan nutrisinya baik, serta biayanya terjangkau. Sedangkan pakan fermentasi dapat mengurangi potensi kerusakan pakan akibat penyimpanan yang lama,” terang Bambang lagi.

Dosen-Mahasiswa

Bambang menerangkan, dalam kegiatan ini relawan UGM, Ray dan Anas berkolaborasi baik dengan dosen maupun mahasiswa Universitas Udayana, dan peserta sangat antusias mengikuti kegiatan.

Ia menjelaskan, pakan difermentasikan di dalam kantong plastik agar mudah di mobilisasi untuk persediaan pakan ternak pada daerah-daerah terdampak darurat. Pusat produksi dilaksanakan di Posko bersama di Desa Ngis Kecamatan Karangasem. Sementara cara dan teknologi tersebut dipilih dan dilakukan berkat dari pengalaman yang pernah didapat ketika erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Namun, pada masa mendatang fermentasi akan dilakukan di lokasi kandang ternak dengan melibatkan peternak.

Burger Pakan

Diungkapkan Bambang, dengan melibatkan peternak dalam pembuatan burger pakan diharapkan dapat menjadi wahana berbagi pengetahuan kepada peternak sehingga ke depan bisa dibuat sendiri. Dengan demikian, peternak dapat dicegah masuk daerah bahaya untuk mencari pakan.

“Selain itu, dengan mengikuti kegiatan diharapkan mampu memecah kejenuhan peternak dalam pengungsian. Intinya, tujuan program ini adalah untuk membantu meringankan beban peternak dan pemerintah dalam pemeliharaan ternak di barak-barak pengungsian ternak,” papar Bambang.

Data posko ternak mencatat, saat ini ada sekitar 6.000 ekor sapi yang ditampung di barak-barak pengungsian ternak. Kebutuhan pakan diperkirakan sebanyak 20 kg pakan/ekor, sehingga total pakan mencapai 120 ton/hari.

“Oleh karena dalam teknologi pakan komplit telah dicampur berbagai bahan pakan (hijauan dan konsentrat), maka pemberian pakan 8-10 kg/ekor/hari pakan komplit (pada sapi Bali) sudah cukup memadai untuk mempertahakan hidup pokok ternak, dan dapat disimpan dalam waktu lama sekitar 1 bulan atau lebih,” tutup Bambang. (ed)

Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Exit mobile version