MENGINGAT TAKISUNG, 1
Jalanmu memanjang ke ombak darahku
Agar terbaca biru yang nyalang; debarmu yang semayam perlahan
Bulir-bulir pasir berubah kepala betah mengenang
Sebentang ingatan rekah, membiarkan dirinya hampa
Agar siapa pun bisa datang bertamu dan menjenguk masa lalu
Surabaya, Februari 2019
MENGINGAT TAKISUNG, 2
Ketika aku menyisir pesisir
Aku kerap terbayang gurat usia di wajah ibu
Lepuh oleh waktu, diboyong potret dalam album tua
Penuh ingatan masa kecil yang memendam kisahnya sendirian
Surabaya, Februari 2019
MENGINGAT TAKISUNG, 3
Ombak pulang ke dada karang. Karang jemu. Karang hilang hasrat memeluk. Di kejauhan, bayang pulau. Bayang pulau yang senantiasa dan berulang menepi ke ceruk ingatanmu.
Ombak pulang, ombak lintang-pukang. Disunting waktu yang pecah ke jantung teluk. Teluk yang enggan memeluk. Di kejauhan, bayang pulau. Bayang pulau yang lalu. yang lampau mengenang jejak kita dalam persinggahan cinta.
Surabaya, Februari 2019
TUHAN BAGI PUISI
Puisi tak punya agama. tapi di tubuhnya
Kata-kata bisa menjelma cahaya, doa menggurat tilas
Sepanjang hikayat, sedendam-dendam musim
Dalam genggam tangan hujan
Surabaya, Februari 2019
TUHAN BAGI PUISI, 2
Puisi pernah percaya
Ada tuhan singgah
Dalam baris-baris sunyi.
Ada tuhan singgah menaruh ingin-NYA
Dalam ingatan kata yang sunyi cahaya.
Surabaya, Februari 2019
Muhammad Daffa, lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Puisi-puisinya dipublikasikan di sejumlah media cetak dan antologi bersama. Buku puisi tunggalnya TALKIN(2017) dan Suara Tanah Asal(2018). Mahasiswa Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com
Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co