Berita UtamaPolitik

Trump Meneruskan Kebijakan Obama Soal Efisiensi Energi

NUSANTARANEWS.CO, AS – Presiden Amerika Serikat tampaknya akan meneruskan satu program usulan yang sempat digulirkan Barack Obama terkait dengan efisiensi energi dan kendaraan ramah lingkungan. Obama di masa kepemerintahannya membuat keputusan soal efisiensi energi, sebuah program mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang dipatok hingga tahun 2025 mendatang.

Seperti dilansir Autoblog, Kepala Badan Lingkungan Hidup AS pada Januari lalu telah memutuskan soal efisiensi energi akan dipertahankan dan dilanjutkan dalam pemerintahan Trump. Dan Trump menetapkan April 2018 sebagai waktu yang tepat untuk menetapkan efisiensi bahan bakar minya dan model EV akan digunakan pada tahun 2022 sampai 2025.

Kebijakan ini selaras dengan negara-negara Uni Eropa yang mendesak produsen mobil di dunia agar mulai menyingkirkan mobil-mobil bermesin diesen dari jalanan pada tahun 2030 mendatang. Mobil-mobil bermesin diesel dinilai telah menyumbang polusi udara dan menghasilkan emisi karbon mecemari lingkungan, sementara perubahan iklim dan pemanasan global sudah menjadi isu strategis sejak 2015 lalu yang ditandai dengan disepakatinya Traktat Perubahan Iklim di Paris pada bulan Desember.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Kembali Serahkan Bus Angkutan Pelajar di UPTD Kecamatan Sebatik

Sekadar informasi, Traktat Iklim Paris disepakati pada Desember 2015 lalu. Inti kesepakatan ini ialah bertujuan untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celcius dan emisi karbon diarahkan nol pada 2050 mendatang. Sejumlah perusahaan otomotif sudah mulai mengembangkan pemakaian mobil-mobil berbahan bakar alternatif seperti mobil listrik, mobil hidrogen, fuel cell, tenaga surya dan energi terbarukan lainnya. Ambil contoh misalnya Jerman, mulai serius menindak lanjuti kesepakatan Konferensi Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh PBB di Paris. Pemerintah Jerman berjanji akan memangkas keluaran karbondioksida 80 hingga 90 persen pada 2050.

AS sudah meratifikasi Traktat Iklim Paris guna membatasi pemanasan global sampai berada di bawah 2 derajat celcius. Negeri Paman Sam diketahui menyumbang 12 % emisi karbon seluruh dunia. Tertinggi China dengan total 24% menyumbang emisi karbon.  Negara lainya, Uni Eropa (9 %), India (6 %), Brazil (6 %), Rusia (5 %), Jepang (3 %), Kanada (2 %), Kongo dan Indonesia masing-masing (1,5 %).

Baca Juga:  Dewan Pendidikan Ponorogo Diundang dalam Rakor Dewan Pendidikan Provinsi Jatim Menyusun Peta Jalan Pendidikan

Namun, kebijakan tentang efisiensi energi dan kendaraan ramah lingkungan masih saja menusia pertentangan. Baru-baru ini, Trump meenerika surat dari 18 orang CEO perusahaan kendaraaan mendesak untuk meninjau kembali keputusan soal efisiensi energi dan kendaraan ramah lingkungan. Adapun sejumlah perusahaan tersebut di antaranya General Motors Co, Ford Motor Co, Fiat Chrysler Automobiles NV, bersama-sama eksekutif tertinggi Amerika Utara merek Toyota Motor Corp, Volkswagen AG, Honda Motor Co, Hyundai Motor Co, serta Nissan Motor Co. Mereka mendesak Trump menarik keputusan tersebut karena alasan demi menyelamatkan ribuan tenaga kerja.

Di Perancis, tren mengendarai mobil listrik sudah mulai diminati dan menanjak. Dilaporkan sedikitnya sudah ada 100.000 orang mengendarai mobil listrik di Perancis. Dengan demikian, Tesla bisa dikatakan mulai menuai kesuksesan sebagai pelopor mobil listrik modern karena konsumen dan populasinya beranjak naik dari hari ke hari. Lalu bagaimana Indonesia?

Penulis: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 438