NUSANTARANEWS.CO – Dalam rilis terbaru Januari 2018, Survei LSI Denny JA mendapatkan temuan jika elektabilitas Jokowi mencapai 48.50%. Elektabilitasnya masih di bawah 50%. Dan ada dukungan sebesar 41.20 % yang menyebar kepada para kandidat capres lainnya.
Sebesar 41.20 % itu angka total atau gabungan dari dukungan pemilih terhadap sejumlah kandidat capres di luar Jokowi. Dan sebesar 10.30% yang belum menentukan pilihan.
Demikianlah salah satu temuan survei nasional LSI Denny JA. Survei nasional ini survei nasional reguler LSI Denny JA. Responden sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling.
Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 propinsi. Waktu survei dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018. Survei dibiayai sendiri sebagai bagian layanan publik LSI Denny JA. Margin of error plus minus 2.9 persen.
Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber.
Dari survei tersebut, LSI menyimpulkan Jokowi kuat tapi belum aman di pilpres 2019 mendatang. Mengapa? Saat ini elektabilitas Jokowi masih tertinggi dibanding semua capres yang disimulasikan. Bahkan total dukungan semua capres di luar Jokowi jika digabung (41.20%) masih di bawah Jokowi (48.50%). Namun ada tiga isu kunci yang harus dikelola Jokowi secara baik agar semakin kuat.
Pertama, kepuasan terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden di atas 70%. Sementara ada 21.30% publik yang menyatakan kurang puas. Dua variabel di atas membuat Jokowi kuat. Namun tiga variabel di bawah ini membuatnya belum aman.
Dalam jumlah besar, publik tak puas dengan kondisi ekonomi. Masalahnya, isu ekonomi adalah isu terpenting yang membuat pertahana terpilih atau dikalahkan.
Sebesar 52.6% responden menyatakan harga-harga kebutuhan pokok makin memberatkan mereka. Sebesar 54.0% menyatakan lapangan kerja sulit didapatkan. Dan sebesar 48.4% responden menyatakan pengangguran semakin meningkat.
Kedua, Jokowi rentan pula terhadap isu primordial. Kekuatan dan isu Islam politik diprediksikan akan mewarnai Pilpres 2019 seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta, dalam kadar berbeda.
Islam politik itu terminologi untuk segmen pemilih yang percaya, yakin hakul yakin, politik tak bisa dipisahkan dari agama. Untuk pemilih Indonesia, jumlah segmen Islam Politik cukup besar. Sebesar 40.7% publik menyatakan tidak setuju agama dan politik dipisahkan. Sementara 32.5% publik menyatakan agama dan politik harus dipisahkan.
Dari mereka yang menyatakan agama dan politik harus dipisahkan, mayoritas (58.6%) mendukung kembali Jokowi sebagai presiden.
Sementara mereka yang tidak setuju agama dan politik harus dipisahkan mayoritas mendukung capres lain di luar Jokowi (52.1%). Walaupun Jokowi juga masih memperoleh dukungan sebesar 40.8 % di segmen ini.
Islam politik versus bukan Islam politik ternyata punya perilaku politik berbeda terhadap memilih atau melawan Jokowi.
Ketiga, merebak pula isu buruh negara asing. Terutama isu tenaga kerja yang berasal dari Cina. Di tengah sulitnya lapangan kerja dan tingginya pengangguran di berbagai daerah, isu tenaga kerja asing sangat sensitif.
Isu ini secara nasional memang belum populer karena belum banyak publik tahu. Survei menunjukan baru 38.9% pemilih mendengar isu ini. Dari mereka yang mendengar, 58.3% menyatakan sangat tidak suka dengan isu itu. Hanya 13.5% yang menyatakan suka.
Menurut Denny JA, tiga isu ini akan menjadi tiga isu kunci yang menentukan kemenangan Jokowi dalam pilpres nanti. Jokowi akan makin kuat dan perkasa jika tiga isu ini dikelola dengan baik. Dan sebaliknya Jokowi akan melemah jika tiga isu ini terabaikan. Apalagi jika tiga isu itu digoreng, bulak balik, oleh lawan politik. (*)
Editor: Romandhon