Semua Akan Terindomaretkan pada Waktunya

Mini Markat vs Pasar Tradisional/Foto Via jabarpublisher/Nusantaranews

Mini Markat vs Pasar Tradisional/Foto Via jabarpublisher/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tak bisa dipungkiri, dari hari ke hari indikasi ‘genosida’ (pembantaian massal) ekonomi rakyat perlahan tampak kian nyata. Lazim kita jumpai ekspansi waralaba sejenis Indomeret, Alfameret dan sejenisnya kian menjamur.

Ironisnya keberadaan tempat-tempat ini seolah-olah sengaja mengapit atau berdiri tak jauh dari pasar tradisional. Tak pelak situasi ini memicu kios-kios dan pasar tradisional sebagai jantungnya ekonomi rakyat menjadi ‘limbung’.

Nah, negara mestinya harus hadir dalam hal ini, menengahi supaya ekonomi kerakyatan berjalan. Agar tak terjadi dominasi segelintir orang.

Seperti baru-baru ini, mak bedunduk (tetiba) satu lagi Indomaret berdiri di kawasan pedesaan. Berada di tepi jalan raya yang menghubungkan ke salah satu wisata religi di Pantura Lamongan.

Tempat parkir yang memadai, kelengkapn barang yang dijual, ruangan sejuk ber-AC, menjadikan tak butuh waktu lama Indomaret tersebut diserbu pembeli. Tentu ada beberapa sound sistem yang ditaruh di pinggiran parker.

Memutar musik dengan keras, pengguna jalan dibuat menoleh ke sumber suara. Menandai telah dibukanya Indomaret tersebut. Strategi pemasaran.

Penulis tidak tahu berapa pendapatan setiap satu Indomaret dalam satu hari, satu bulan, dan satu tahun. Mengingat, keberadaan Indomaret yang baru ini tidaklah jauh jaraknya dengan Indomaret yang sudah ada, sekira kurang dari 3 km.

Mungkin tidak ada salahnya desa-desa diupayakan membuat BUMDesa bersama yang bergerak di bidang usaha sejenis Indomaret ini. Daripada? Ah, sudahlah! Semua akan terindomaretkan pada waktunya.

Penulis: M Riadus Sholihin (Pendamping Desa Pemberdayaan Kec. Paciran Kab. Lamongan Jawa timur)

Exit mobile version