NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) semakin optimis jumlah pengusaha terus bertambah tahun 2022 ini. Hal ini seiring dengan keseriusan Pemerintah, melalui Kementerian Investasi dan Menteri Koperasi dan UMKM gencar mendorong para pengusaha memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Seperti yang dilakukan di Yogyakarta, Rabu (24/8).
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Bagas Adhadirgha mengatakan sudah beberapa kali menyaksikan langsung animo masyarakat di beberapa provinsi, antusias menjadi pengusaha. Dengan adanya pembagian NIB ini, otomatis wirausaha dalam skala kecil maupun menengah terus meningkat dan mampu menciptakan ketangguhan finansial ditengah kondisi ekonomi dunia yang sedang tidak menentu.
“Kami tentu menyambut gembira dukungan dari pemerintah terhadap dunia usaha. Baik usaha skala kecil maupun menengah,” kata Bagas, Rabu (24/8).
Dengan bertambahnya jumlah pengusaha Indonesia, juga dapat diikuti oleh anak-anak mudanya. Bakal Calon Ketua Umum BPP HIPMI 2024-2027 ini menyebut melalui cara ini, cita-cita HIPMI sebagai lokomotif tumbuhnya ekosistem usaha di seluruh provinsi kabupaten dan kota di Indonesia dapat berjalan baik. Sehingga tercipta connecting lebih luas dalam berjalannya perputaran ekonomi di masyarakat.
Goalnya adalah mendongkrak jumlah pengusaha sebanyak mungkin. “Kita menargetkan jumlah pengusaha Indonesia dari 3% menjadi 14% di segala sektor usaha, agar ekonomi negeri ini semakin kuat dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya,” tegas CEO Asia Aero Technology ini.
Pertumbuhan Pengusaha Sekjen HIPMI Bagas Adhadirgha (dua dari kiri) mendampingi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia (kemeja putih) saat pembagian NIB Perseorang di Yogyakarta (23/8).
Sebelumnya, dalam acara pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada pelaku usaha Mikro Kecil Perseorangan di GOR Lembah UGM Yogyakarta, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia kuat.
Sehingga masyarakat tidak perlu resah. “Memang Krisis akan terjadi, tetapi Indonesia akan tangguh ekonominya tidak seperti negara-negara lain,” ujar Bahlil.
Mantan Ketua Umum BPP HIPMI ini menyampaikan, jika ada informasi yang menyebutkan Indonesia akan masuk resesi tidaklah benar. Karenanya, masyarakat tidak perlu percaya dengan informasi tersebut.
“Jangan percaya kalau orang mengatakan bahwa kita akan masuk di era resesi, itu bohong, itu kabar hoaks. Kenapa, karena kemungkinan itu kita (inflasi) hanya 3 persen, ekonomi kita kuat,” yakinnya.
Namun, lanjut dia, yang menjadi ancaman adalah soal pangan. Ada komoditas yang harus impor, salah satunya adalah gandum. “Gandum itu kita impor semua. Sekarang Bapak Presiden mengarahkan ke makanan lokal,” ucap dia.
Selain itu, menurut Bahlil, yang menjadi ancaman adalah soal BBM. Bahlil mengungkapkan subsidi BBM di tahun 2022 bisa Rp 500 trilun sampai Rp 600 triliun.
“Yang tidak bisa kita hindari adalah BBM, subsidi BBM sekarang bisa Rp 500 sampai Rp 600 triliun di tahun 2022. Total pendapatan APBN kita Rp 2.350 triliun, kalau Rp 500-Rp 600 triliun dipakai untuk subsidi, 25 persen pendapatan APBN kita dipakai untuk subsidi,” tutur dia.
Bahlil menuturkan, pemerintah saat ini sedang melakukan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan subsidi.
“Kami sampaikan kalau kita pertahankan subsidi Rp 500-Rp 600 triliun, APBN kita ubah jadi mungkin kita akan bertahap untuk memikirkan agar subsidi ini bisa kita tetap pertahankan, tetapi nilai nominalnya menyesuaikan kemampuan uang negara,” pungkas dia. (setya)