Sekar Jagat, Mantra Ibu Bumi

Nasirun - 1996 - Ratu Segajat (145x90) Oil Paint on Canvas. Foto: Dokumentasi Edwin's Gallery/ archive.ivaa-online.org

Nasirun - 1996 - Ratu Segajat (145x90) Oil Paint on Canvas. Foto: Dokumentasi Edwin's Gallery/ archive.ivaa-online.org

Puisi Sus S. Hardjono

MANTRA IBU BUMI

Mantra itu masih terbaca jelas
Dalam hikmat doa dan pitutur luhur
Kaum perempuan yang pengujub doa
Di tanah bumi leluhur

Ibu membaca puisi
Keluhuran nurani terpatri
Kaki menancap tonggak bumi
Indonesia mandiri

Ibu adalah mantra bumi
Bumi yang satu
Memelihara dengan kasih saying
Rahman rahim

Ramah , luhur budi pekerti
Santun halus budi bahasa
Menjunjung tinggi harkat dan martabat

Kesabaran adalah mahkotanya
Keuletan takkan bisa mengalahkannya

Wanita Indonesia
Harus membaca dirinya sendiri
Membuka dirinya sendiri
Dan membaca mantra asal usulnya sendiri

Mantra bumi mntra ibu
saja satu huruf ia akan luruskan dunia
membaca ribuan huruf di kepalanya

tongkat itu sudah ada di tangannya
huruf huruf di kepalanya menjelma
lautan ilmu dan pengetahuan yang
menggerakkan semesta raya

bebaskan kaummu dari penjajahan
yang tak berkesudahan
ratapan tangis luka dan derita kaum hawa
kematian dan berbagai predator yang mencekam

tugas mulia untuk mengentaskan
mereka yang terus dalam kungkungan dan belitan
kebodohan dan pencengkraman kekuasaan
bebaskan diri kami dari belenggu dan tirani

emansipasi jadi lagu sumbang
jika kami tak pernah mengerti kemerdekaan diri
emansipasi jadi lagu wajib kami
jika bangsa ini mampu memahami arti

memandang Indonesia
jangan hanya karena satu picing mata
sedang sebelah mata buta
tapi bukalah dengan harmoni yang imbang
agar semua nyata adanya

menjadi perempuan Indonesia
menjiwai bumi tanah langit yang menjaga
perempuan Indonesia
adalah perempuan bumi yang subur makmur
mantra bumi yang bernama perempuan

kakinya tegak menghujam bumi tanah
yang menanam dalam mantra
kepalanya tegak berani merah darah bendera
namun suci dalam hatinya

sragen, 2017

SEKAR JAGAT

Tuhan aku menemukan sabda
Pandita
Aku menanam huruf huruf di muka bumi
Merasuk dalam kawah adam dan ibu hawa

Menjdi biji biji
Dewi kesuburan menjelma dalam dewi sri

Member dan hanya member
Keikhlasan dan pengabdian
Yang tak henti
Perempuan yang menjadi menjadi mantra bumi
Bibit bibit kelahiran
Ditanami ari ari kehidupan

Ssh , 2017

Sus S. Hardjono lahir 5 Nopember l969 di Sragen. Sejak tahun 1990-an aktif menulis puisi, geguritan, cerpen dan novel. Puisinya tersiar di berbagai media seperti Bernas, Kedaulatan Rakyat, Pelopor Jogya, Merapi, Solo Pos, Joglosemar, Suara Merdeka, Wawasan, Swadesi, Radar Surabayam, Minggu Pagi, Cempaka Minggu Ini, dll. Selain itu, puisi-puisinya juga termaktub di lebih 50 buku antologi puisi bersama. Novelnya yang sudah terbit “Sekar Jagat” dan sekarang menulis novel keduanya yang berjudul “Pengakuan Mendut” dan novel ketiganya “Surga Yang Hilang”.

Ia pernah bergabung dalam Kelompok Teater Peron FKIP, majalah kampus Motivasi, berbagai komunitas di Sragen, APPS (Aliansi Peduli Perempuan Sukowati), YIS Solo (Yayasan Indonesia Seejahtera), Yayasan Darmakumara Solo (Yayasan Pengembangan dan Pelestarian Kebudayaan Jawa), KPPS, Mansaceria , Teater Gatra. Kini sebagai Pegajar di MAN I Sragen ia juga mengelola majalah pendidikan dan aktif wartawan pendidikan di Kemenang (Kankemenag Sragen dan Kanwil Jateng). Sebagai penyair, ia sering membacakan puisi-puisinya di berbagai acara kesusastraan di Sragen.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com

Exit mobile version