Air Mata, Apung dan Semak Diksi

Perempuan dengan Jiwa yang Indah. (FOTO: Dok. Lady Stylistique)
Perempuan dengan Jiwa yang Indah. (FOTO: Dok. Lady Stylistique)

Air Mata, Apung dan Semak Diksi
Puisi karya Buday AD

 

Air Mata

Setelah lama usai dari perihal badai
Mungkin ingatan tak semudah kau rangkai
Hanya saja peristiwa dan tempat yang engkau pakai
Sebelum waktu benar-benar terulang dan sempat dipandang.

Mungkin hari esok adalah hari yang redah dari peristiwa yang kau baca
Menaburkan makna disejuta warna yang kau idamkan dari kelopak mata
Melihat,menjelajah wajah dari cahaya dan gaya menanda senyuman senja
Meskipun sekilas purnama namamu kusimpan dalam-dalam
Sampai rindu tak menjedah digelapnya malam
Hingga fajar mengambang bersama ingatan.

Takkan lagi bunga gugur disenja hari
Manakala menyerah dari perihnya jarum
Yang menusuk membuat cinta kembali redah
Dan menjadi luka sebelum waktuya.

Pada altar yang menanam luka
Kini tersiram air mata
Hingga merajut banyak peristiwa
Yang membawa luka menganga.

Pulau putri, 2018

 

 

Apung

Bisakah di antara kita mengukur jalan menuju pulang
Sementara malam menjadi penghalang ketika misbah padam
Dan lorong-lorong tak terlihat oleh kabutnya malam.
Sayup sayup kudengar,kunang kunang berterbangan
Memendam risau dari musim kemarau
Yang panasnya bikin kacau.?
Antara menunggu dan pulang,kita sama sama bingung
Ketika bingung mengapung di tengah jalan.
Kelam malam merisau pikiran,
Mengingat dari hikayat orang orang yang mati terpenggal
Menghantui jalan,hutan hingga kepermuakaan bumi
Menjadikan malam bersuara tangisan
Hingga ketakutan menjadi penghalang menuju pulang
Apalagi
Ketika ibu menunggu dengan keadaan murka
Hingga lisan berucap durhaka.
Apa yang semestinya kutunggu dari gelapnya malam
Apalagi jika malam bisa menyuguhkan bunga diantara
Tumpukan sampah dan lubang-lubang yang menganga
Mesti aku tidak menyianyiakan itu.
Lubang lubang menganga
Dan jalan jalan mesti ada sampah,kerikil yang setajam anak panah
Maka jangan menempuh hidup dengan keadaan mengapung
Tempuhlah,apalagi dengan pembacaan basmalah
Mesti tuhan meridhohinya.

Lubsel 2018

 

Semak Diksi

Diam dalam gua
Dalam kamar berkisah
Pasti butuh waktu mewujudkan impian
Dari angan yang seluas lautan.
Sesekali masuk sudah pasti tenggelam di permukaan.

Bukan dalamnya samudera
Yang membuatku tenggelam
Tetapi diksi yang membuatnya hilang di balik pasang.

Yang basi mari di benahi
Karna waktu telah mengabdi untuk mewujudkan mimpi
Meski matahari tak lagi memberikan kesejukan
Pada tubuh yang tak ber ranting
Membuat kepala semakin pusing kehilangan anting
Namun, semuanya penting
Dari pada kotoran kucing.

Annuqayah 2018

 

Biarkan

Biarkan pena berbicara
Meski tak lagi mengadu cinta
Mengadu rasa
Namun ia tetap ada bersama cita.

Bali 2018

Exit mobile version