NUSANTARANEWS.CO – Genderang politik Ibu Kota kian terasa dengungnya. Masing-masing mulai saling beradu urat saraf dan berujung pada perang media.
Pemicunya adalah ejekan Basuki Tjahaja Purnama yang menganggap Tri Rismaharini tidak banyak prestasi. Karena Ahok menganggap, Surabaya hanya kota kecil seluas Jakarta Selatan. Pernyataan ini dianggap melecehkan Kota Pahlawan.
Dalam ilmu politik, Profesor Hendrawan Supratikno menyebut, saling marah dan memaki adalah strategi politik. “Gini loh untuk orang politik, marah, diam, cuek kemudian macem-macem ini lah, pokoknya itu adalah bagian dari strategi politik,” ungkap Hendrawan, Jumat (12/8).
Politikus PDIP ini menjelaskan, masing-masing pihak berusaha menciptakan persepsi publik sesuai dengan strategi politiknya. Dalam teori pemasaran disebut positioning. “Yaitu, memposisikan diri agar publik memberikan persepsi sebagaimana yang diharapkan,” katanya.
PDIP sendiri menganggap hal itu biasa dalam hal berpolitik. Namun, yang terpenting jangan sampai diinternalisasi atau dipendam kemudian menjadi sakit hati.
Ia pun mencibir, Ahok sejatinya lebih takut parpol pengusungnya hengkang dibanding Risma ke Jakarta. “Kalau Golkar mundur, Ahok pasti tragis sekali. Tidak bisa maju,” katanya.
Apalagi, kata Hendrawan, jalur perseorangan sudah ditutup, dan nasib Ahok sekarang nasibnya ditentukan oleh parpol, terutama ketua umumnya. Karenanya, Hendrawan menyarankan Ahok harus berbaik-baik hati ke 3 ketum, yaitu Surya Paloh, Wiranto dan Setya Novanto.
“Ahok bisa enggak terus menerus meyakinkan ketiga ketum ini untuk tetep berada di belakangnya. Ahok kan bukan tipe yang bisa melayani parpol,” tandasnya. (Rafif)